Mgr. Petrus Turang Rayakan 25 Tahun Sebagai Uskup
Uskup Agung Kupang, Mgr.
Petrus Turang menemui ulang tahun ke-25 sebagai Uskup pada bulan Juli 2022 ini.
Ia ditahbikan menjadi Uskup Koajutor Keuskupan Agung Kupang di Kupang pada tanggal
27 Juli 1997 oleh Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ didampingi Pro-Nuncio Apostolik
untuk Indonesia, Mgr. Pietro Sambi. Sebagai Uskup Koajutor, ia membantu Uskup
Agung Mgr. Gregorius Manteiro, SVD dengan wewenang khusus. Sesuai ketentuan
kanon 403/3 Hukum Gereja Katolik, seorang Uskup Koajutor adalah uskup pembantu
yang diangkat oleh Tahta Suci dan yang dibekali dengan wewenang khusus dan
mempunyai hak mengganti.
Seiring dengan wafatnya
Uskup Agung Manteiro, Uskup kelahiran Tondano, Sulawesi Utara, 23 Februari 1947
ini secara otomatis meneruskan jabatan sebagai Uskup Agung Kupang sejak 10
Oktober 1997.
Lihat juga: Uskup Turang rayakan Natal di Alor
Pensiun
Bersamaan dengan Pesta
Perak Episkopalnya, Mgr. Petrus Turang telah memasuki usia pensiun sejak bulan
Februari yang lalu. Sesuai dengan ketentuan kanon 401 Hukum Gereja Katolik,
seorang Uskup yang telah memasuk usia 75 tahun diharapkan mengajukan
pengunduran diri. Uskup Turang sesuai pernyataannya sendiri telah menyampaikan
surat pengunduran dirinya kepada Paus Fransiskus namun sampai dengan saat ini
belum ada tanggapan sehingga ia masih aktif menjabat sebagai Uskup.
Lihat juga: Revolusi industri 4.0, tantangan bagiteologi Katolik
Merayakan Pesta Perak Uskup di Alor
Kabarnya Mgr. Petrus
Turang akan merayakan pesta perak tahbisan Uskup juga bersama umat Katolik di
Alor. Perayaan itu direncanakan digelar pada tanggal 14 Agustus 2022 di Gereja
Paroki Yesus Gembala yang Baik Kalabahi. Keempat paroki yang ada di Alor pun
sudah mulai mengadakan persiapan untuk menyelenggarakan acara dimaksud.
Lihat juga: Sr. Crista Freitaler, SSpS; Bugar melayanidi usia senja
Selama kepemimpinannya,
Uskup yang memiliki moto pelayanan Pertransiit
Benefaciendo (Ia berkeliling sambil berbuat baik) ini telah mendirikan
beberapa paroki di Keuskupan Agung Kupang, diantaranya adalah tiga paroki di
Alor-Pantar. Pada tahun 2008, ia meresmikan Kuasi Paroki Santu Yakobus Rasul di
Sidongkomang, Alor Timur Laut dan pada tahun 2016 ia meresmikan dua paroki
sekaligus, yaitu Paroki Santa Maria dari Fatima di Kalongbuku, Alor Barat Daya
dan Paroki Santu Yohanes Rasul di Helangdohi, Pantar. Kuasi Paroki Santu
Yakobus Rasul kemudian dipromulgasi menjadi paroki pada tanggal 25 Desember
2010.
Selama menjadi Uskup, ia sangat aktif melakukan kunjungan pastoral menemui umatnya di paroki-paroki dan senantiasa hadir pada saat-saat di mana umat sangat membutuhkannya. Uskup yang mempopulerkan salam khas “SALVE” ini menjadi Penahbis Pendamping bagi Mgr. Alberto Ricardo da Silva sebagai Uskup Dili pada 2 Mei 2004 dan bagi Mgr. Dominikus Saku sebagai Uskup Atambua pada 21 September 2007.
Tahbisan Imamat dan Karya Pelayanan
Turang ditahbiskan
menjadi Imam di Manado pada tanggal 18 Desember 1974 dengan Moto tahbisan
Gloria Dei Homo Vivens (Manusia hidup demi kemuliaan Tuhan). Setelah melayani
sebagai Pastor kapelan Katedral Manado, ia lalu menjalani Studi ilmu-ilmu
Sosial di Universitas Gregoriana Roma. Beberapa jabatan pelayanan yang pernah
dijabatnya adalah menjadi Ketua Delsos Keuskupan Manado dan dosen tetap
Seminari Tinggi Hati Kudus Pineleng, Manado, menjadi Sekretaris eksekutif
Komisi PSE Konfrensi Waligereja Indonesia (KWI), Direktur Nasional Karya
Kepausan Indonesia, Anggota Kongregasi Evangelisasi Bangsa-bangsa, anggota
Badan Penasihat pada Sekretariat Komisi Keadilan dan Perdamaian KWI dan Ketua
UNIO Indonesia.
Uskup Agung Piero Pioppo (Nunsius Apostolik) tentang
Mgr. Petrus Turang
Dalam buku “Menggereja
Bersama Mgr. Petrus Turang” Duta Besar Tahta Suci untuk Indonesia saat ini, Uskup
Agung Piero Pioppo mengungkapkan; Secara pribadi, saya bertemu Uskup Turang
yang masih muda di Seoul, tahun 1997, ketika ia hadir di sana untuk pertemuaan
penting Federasi Konferensi Waligereja Asia (FABC). Walaupun saat itu saya
adalah imam muda dan sekretaris di Nunsiatura Apostolik di sana, ia, yang waktu
itu Uskup Agung Koadjutor muda, mendapati waktu untuk berbicara dengan saya
dalam bahasa Italia yang sempurna untuk menjelaskan dengan mahir karakteristik
dan tantangan yang dihadapi Kekristenan dan kehidupan gerejawi di Asia.
Dua puluh tahun kemudian,
saya bertemu Uskup Agung Turang di Jakarta, ketika tahun 2017, saya diutus Bapa
suci dan tiba di sini sebagai Nunsius Aspostolik. Dan saya tersentuh dan
bersyukur, sebab ia segera mengingatkan saya pada pertemuan dua puluh tahun
yang lalu dan dialog kami bahkan jika jarak antara Jakarta dan Kupang tidaklah
pendek—berlanjut dalam semangat persahabatan dan kerja sama yang otentik.
Selamat Ulang Tahun Episkopal Bapa Uskup.Kiranya Allah yang mahabaik senantiasa melindungi dan membekati Bapa dalam Hidup dan Karya Pelayanan.
Terima kasih atas kunjungannya, Tuhan memberkati.