Metode Katekese yang Paling Sering Digunakan dalam Katekese Umat Katolik
Kegiatan katekese dalam tradisi Gereja Katolik di Indonesia biasanya dilaksanakan pada masa prapaskah yang disebut dengan Katekese APP (Aksi Puasa Pembangunan) dan pada setiap bulan September sebagai Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN). Di samping itu ada juga katekese-katekese lain yang dilaksanakan di paroki atau keuskupan tertentu seperti katekese pada masa Adven, katekese pada bulan liturgi dll.
Lihat juga:
- Cara paling mudah menjadi fasilitator katekese umat Katolik
- Berdoa secara Katolik; Apa dan Bagaimana
Proses berjalannya suatu katekese baik itu katekese APP atau katekese BKSN selalu menggunakan suatu metode. Ada beberapa metode dalam berkatekese namun di antara berbagai metode katekese itu, ada salah satu metode katekese yang paling sering digunakan. Metode tersebut adalah LECTIO DIVINA.
Metode katekese lectio divina merupakan salah satu metode Pendalaman Kitab Suci yang direkomendasikan oleh Gereja Katolik oleh Dokumen Konsili Vatikan II, dalam Konstitusi Dogmatis ”DEI VERBUM”. Ungkapan Lectio Divina berasal dari bahasa Latin, Lectio; yang artinya Bacaan dan Divina yang berarti Ilahi sehingga “Lectio Divina” berarti “Bacaan Iahi” atau “Bacaan Rohani.”
Berdasarkan isi dan tujuannya dari metode katekese ini,
Lectio Divina bisa dipahami sebagai cara berdoa dengan membaca dan merenungkan Bacaan Ilahi untuk mencapai persatuan atau persahabatan yang mendalam dengan Tuhan.
Unsur-unsur penting dalam Lectio Divina adalah Kitab Suci dan doa. Kitab suci menjadi sumber Bacaan Ilahi yang dimaksudkan. Tidak ada Lectio Divina tanpa Kitab Suci dan pembacaannya. Sedangkan doa dimaksudkan untuk meminta kehadiran Roh Kudus guna menerangi pikiran dan hati kita ketika hendak membaca Kitab Suci dan mewujudkan pesan Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari.
Praktek Lectio Divina sendiri memiliki sejarang yang panjang. Metode ini dimulai oleh Origenes pada abad ke-3 atas keyakinannya bahwa Firman Allah menjelma dalam Kitab Suci. Pada abad ke-4 St. Ambrosius mempelajari metode ini lalu diajarkan dalam praktik kehidupan beriman. Selanjutnya pada abad ke-6 biara Benediktin menjadikan praktek Lectio Divina menjadi satu kegiatan yang penting di dalam biara.
Lihat juga:
- Ibadat lingkungan Katolik terbaru
- Ibadat Sabda Lingkungan untuk orang sakit
- Ibadat syukur wisuda Katolik
Pada pertengahan abad ke-20, penggunanan metode Lectio Divina kembali ditekankan dalam salah satu dokumen yang dihasilkan oleh Konsili Vatikan II yakni Konstitusi Dogmatis Dei Verbum nomor 25. Dalam dokumen ini ditegaskan agar semua orang beriman membaca Kitab-kitab Ilahi sesering mungkin untuk memperoleh pengertian akan Yesus Kristus. Dan pada tahun 2005, pada ulang tahun Dei Verbum ke-40, Paus Benediktus XVI kembali menegaskan penggunaan metode Lectio Divina untuk kegiatan-kegiatan katekese umat.
Bagaimanakah proses katekese dengan menggunakan metode lectio divina ini. Intinya ada 4 langkah utama, yaitu; Langkah pertama adalah Lectio (Membaca), langkah kedua Meditatio (Merenungkan/ Meditasi), langkah ketiga Oratio (Berdoa) dan langkah keempat Contemplatio (Mendekatkan diri dengan Allah).
1. LECTIO
Membaca yang dimaksudkan di sini adalah membaca Kitab Suci. Kegiatan membaca ini untuk membiarkan Tuhan berbicara kepada lewat sabda-Nya. Jadi bukan hanya sekedar membaca untuk menambah pengetahuan saja, melainkan lebih dari itu dapat membawa perubahan dan perbaikan hidup menuju/sesuai kehendak Tuhan. Saat membaca, orang harus sungguh meyakini bahwa teks atau kutipan yang dibaca sungguh-sungguh ditujukan Tuhan kepadanya.
2. MEDITATIO
Setelah membaca Sabda Tuhan dalam Kitab suci, langkah berikutnya adalah merenungkan apa yang telah dibaca. Langkah ini bisa didahului dengan mencari bagian atau ayat yang paling menarik (berkesan) dari kutipan yang sudah dibaca, lalu merenungkannya secara berulang-ulang sampai akhirnya dapat merasakan bahwa isi bacaan tersebut sungguh menyatu dengan kita.
3. ORATIO
Doa pada langkah selanjutnya adalah tanggapan hati kita terhadap sapaan Tuhan yang telah dibaca dan direnungkan. Dalam DEI VERBUM No. 25 tertulis demikian “Kita berbicara dengan-Nya (Tuhan) bila berdoa, kita mendengarkan-Nya bila kita membaca amanat-amanat Ilahi yang terkandung dalam Kitab Suci.”
4. CONTEMPLATIO
Mengalami kedekatan bahkan bersatu dengan Allah menjadi puncak dari seluruh proses Lectio Divina.
Metode Lectio Divina mengajarkan kepada kita tentang “PERSAHABATAN dengan TUHAN”: Berkenalan dengan-Nya melalui “LECTIO”, Berteman dengan-Nya melalui “MEDITATIO”, Bersahabat dengan-NYa melalui “ORATIO” dan bersatu dengan-Nya melaui “ CONTEMPLATIO”.
Bagaimana pelaksanaan katekese dengan metode lectio divina ini?
Perhatikan kerangka berikut:
Kegiatan pendalaman terdiri dari 3 bagian : Pembuka, mendalami kutipan dengan menggunakan metode Lectio Divina dan penutup.
1. Pembuka
Kegiatan pembuka diawali dengan Lagu pembuka lalu Tanda Salib dan diikuti dengan Pengantar oleh pemandu. Dalam pengantar tersebut, fasilitator katekese menyampaikan tentang alasan atau dalam rangka apa kegiatan katekese dilaksanakan dan apa saja tujuan dari tema yang akan direnungkan dalam katekese dimaksud. Setelah menyampaikan pengantar, fasilitator mengajar peserta untuk berdoa.
2. Mendalami kutipan dengan menggunakan metode Lectio Divina.
Kegiatan pada langkah yang kedua ini Pemandu menyebut perikop yang akan didalami bersama, contohnya dari kitab Kejadian 11:1-9. Salah seorang peserta membaca perikop tersebut atau semua peserta membacanya secara bergantian.
Untuk mendalami perikop tersebut, pemandu memberikan pertanyaan-pertanyaan penuntun dengan bunyi pertanyaan yang dapat menggunakan pola 5W1H.
3. Permenungan dan sharing pengalaman iman.
Sampai di sini, Pemandu mengajak peserta untuk mermenung dalam situasi hening beberapa jenak, bila perlu didahului atau dibantu dengan pertanyaan-pertanyaan reflektif. Setelah merenung, Pemandu mengajak peserta untuk membagikan (sharing) hasil permenungannya berupa pengalamannya yang dikaitkan dengan hasil permenungan tadi.
Dalam sharing pengalaman ini, perlu diperhatikan bahwa Sharing adalah ungkapan pengalaman iman yang sangat pribadi. Karena itu bukan untuk diperdebatkan atau dipersoalkan apalagi menjadi bahan pembicaraan (gossip) setelah kegiatan. Sesudah sharing dari beberapa peserta, fasilitator kemudian membuat rangkuman atau kesimpulan.
4. Berdoa
Pemandu mengajak peserta untuk menyampaikan doa spontan seturut apa yang telah didalami bersama lalu diakhiri dengan doa Bapa Kami.
Lihat juga:
- Cara paling mudah bisa doa spontan
5. Aksi nyata atau ACTIO
Pada bagian ini, peserta katekese merencanakan dan merumuskan aksi berupa tindakan nyata yang akan dilakukan oleh oleh peserta katekese tesebut yang berkaitan dengan tema katekese dan hasil permenungan.
6. Penutup
Kegiatan penutup katekese berupa Doa, lagu dan Tanda Salib.
Demikian pembahasan tentang metode katekese umat Katolik. Semoga bermanfaat. Terima kasih atas kunjungannya, Tuhan memberkati.
Sumber: Bahan pelatihan fasilitator Kitab Suci dari Komisi Kitab Suci Keuskupan Agung Kupang untuk para Katekis dan Guru Agama di Alor
TAG:
Katekese umat
Katekese umat Katolik
Katekese iman katolik
Katekese APP
Katekese BKSN
Materi katekese Katolik
Metode katekese pastoral
Menjadi fasilitator katekese katolik
Metode katekese dalam Gereja Katolik