Cara Paling Mudah Menjadi Fasilitator Katekese Umat Katolik
Arti dari Katekese
KENNYAPRILIO.BLOGSPOT.COM Katekese artinya bentuk pertemuan pendalaman iman atau komunikasi iman umat Katolik yang dilaksanakan berpedoman pada tema tertentu dan didasarkan pada perikop kitab suci tertentu pula.
Baca juga:
Contoh katekese Katolik
Baca juga:
Cara paling mudah bisa buat renungan untuk Ibadat Sabda
Baca juga:
Cara paling mudah bisa doa spontan
Dalam proses katekese, yang menjadi warna utama adalah dialog. Peserta pada awalnya mendengarkan gagasan dasar dari tema katekese yang disampaikan oleh fasilitator katekese lalu membaca/mendengarkan Sabda Tuhan kemudian mendalami teks perikop yang telah didengarkan/dibacakan disusul menemukan dan menyampaikan pesan Sabda Tuhan bagi dirinya masing-masing dan dapat mengungkapkannya dalam sharing pengalaman iman pribadi. Setelah sharing, peserta secara bersama menyepakati bentuk aksi nyata atas pesan Sabda Tuhan, yaitu apa yang akan dilakukan, kapan dan di mana. Katekese biasanya dilaksanakan di lingkungan umat basis dan di komunitas-komunitas kategorial katolik.
Tujuan Katekese
Tujuan dari katekese umat katolik adalah peserta yang hadir dibimbing untuk menemukan sendiri persoalan-persoalan nyata dalam kehidupan sesuai tema ketekese dan pesan Sabda Tuhan yang berkaitan dengan persoalan-persoalan tersebut dan merumuskan apa yang akan dilaksanakan dalam hidup sesuai dengan pesan Sabda Tuhan yang telah ditemukannya untuk menyikapi persoalan-persoalan itu.
Baca juga:
Ibadat lingkungan Katolik terbaru 2022
Baca juga:
Doa malam keluarga Katolik
Baca juga:
Ibadat Sabda Lingkungan untuk orang sakit
Baca juga:
Lagu Misa Katolik; Referensi terbaik lagu-lagu Misa
Misalnya, dalam katekese dengan tema Keluarga di Tengah Persoalan Sosial Ekonomi, tujuan yang hendak dicapai ada dua, yaitu yang pertama agar umat dapat menemukan dan mengidentifikasi masalah-masalah sosial ekonomi yang dialami keluarga-keluarga Kristiani dewasa ini. Tujuan yang kedua adalah agar umat dapat membangun kerjasama terbuka dalam lingkup sosial ekonomi yang memungkinkan semua orang ikut melibatkan diri demi kebaikan bersama.
Sebagai pertemuan pendalaman iman tentu berbeda dengan pertemuan doa. Dalam katekese umat Katolik ini, peserta dituntut untuk berberan aktif dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penuntun dari fasilitator katekese, membaca Alkitab dan menyampaikan pengalaman iman pribadi bahkan berdoa juga.
Fasilitator Katekese dan Tugasnya
Fasilitator katekese merupakan istilah yang ditujukan untuk orang yang memimpin katekese. Biasanya tugas fasilitaor katekese ini dilaksanakan oleh katekis yaitu mereka yang sudah menempuh pendidikan khusus tentan ilmu keagamaan Katolik. Namun karena keterbatasan katekis, maka siapa saja umat Katolik dapat memimpin katekese terutama ketua lingkungan atau ketua kelompok umat basis, guru agama, pendamping Sekami dan bahkan umat lainnya.
Lebih sederhananya, fasilitator katekese ialah salah seorang peserta katekese yang ditunjuk untuk memandu dan memperlancar proses komunikasi iman di antara para peserta katekese.
Tugas dari fasilitator katekese adalah sebagai pemudah dan pelancar proses dialog antara peserta agar tercapai tujuan yang ditetapkan. Untuk mewujudkan tugasnya itu, seorang fasilitator katekese tidak boleh menggurui atau mengkotbahi para peserta. Bila fasilitator berperan sebagai seorang guru, pengkotbah atau seorang ahli maka tugas sebagai fasilitator akan gagal.
Agar bisa memandu katekese dengan baik dan dapat membantu peserta katekese untuk mencapai tujuan dari katekese maka seorang fasilitator katekese harus keterampilan-keterampilan yang menjadi tips-tips dan cara cara untuk menjadi fasilitator katekese.
Ada empat macam keterampilan yang mesti dimiliki seorang fasilitator katekese, yaknI: trampil memdengarkan, trampil menyerap dan merefleksikan, trampil mengomunikasikan dan trampil mengevaluasi. Mari kita melihatnya satu per satu.
1. Trampil mendengarkan
Seorang fasilitator katekese menjadi tokoh kunci untuk meneruskan apa yang maksud pesan Sabda Tuhan dari perikop yang mendasari tema katekese. Oleh karena itu untuk menjadi fasilitator mesti memiliki keterampilan untuk mendengarkan. Mendengarkan berarti membiarkan teks yang hendak di-sharingkan atau dikatekesekan itu berbicara.
Dengan membiarkan diri mendengarkan teks, maka seorang fasilitator akan terbuka terhadap suara Tuhan dari teks itu dan kemungkinan-kemungkinan akan pengembangannya. Dia tidak tertutup dalam dirinya sendiri tetapi fokus akan apa yang dikehendaki Tuhan melalui teks itu kemudian dapat memformulasikan sesuai dengan kata-katanya sendiri untuk disampaikan. Dia menjadi fasilitator yang memfasilitasi agar para peserta mampu mendengar lebih jelas apa yang hendak disharingkan.
Di samping mendengarkan Tuhan berbicara, dengan mendengarkan teks, seorang fasilitator akan dibimbing pula untuk mendengarkan peserta. Dia mau membantu mereka untuk memberikan tanggapan terhadap teks yang ada. Dia juga membantu agar para peserta lain bisa saling mendengarkan satu sama lain.
Apa yang sebaiknya dilakukan oleh seorang fasilitator katekese agar bisa memiliki keterampilan untuk mendengarkan? Perhatikan beberapa tips berikut ini:
1. Mempersiapkan diri; membaca teks dan menelaahnya.
2. Saat katekese, berikan kesempatan yang cukup kepada setiap peserta untuk berbicara membagi-bagikan pengalamannya.
3. Membantu peserta yang malu berbicara agar berani mengambil bagian dalam dialog.
4. Mengendalikan peserta yang mau berbicara sendiri.
5. Menggali, memperdalam dan memperluas pengalaman peserta dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat.
6. Merangkum hasil pembicaraan bersama lalu mengarahkan.
Ketika keenam poin ini diabaikan maka dia bukan lagi menjadi fasilitator katekese tetapi justru menjadi guru atau pengkotbah.
2. Terampil Menyerap dan Merefleksikan
Untuk menjadi seorang fasilitator yang baik, seseorang mesti membiasakan dirinya dengan refleksi. Refleksi menjadi bantuan untuk melihat diri sendiri dan membantu seseorang untuk menilai kemajuan yang dihadapinya. Seorang yang rajin membuat refleksi akan semakin membantu dirinya berkembang. Karena hidup yang sesungguhnya hanya dapat berkembang kalau ada penilaian yang terkontrol. Kata filosof Plato, hidup yang tidak direfleksikan, tidak layak untuk dihidupi.
Momen refleksi juga menjadi momen di mana materi-materi yang dibaca dapat dicerna dan dievaluasi. Dia mencerna apa yang dibaca dan diperolehnya hingga hal itu meresap dalam hatinya dan menjadi bagian yang tak terpisah dari hidupnya. Peresapan dan refleksi yang baik, akan membantu seorang fasilitator katekese untuk lebih mudah mengomunikasikan maksud Katekese dengan baik.
3. Trampil Mengomunikasikan
Bagian terpenting dari keterampilan seorang fasilitator adalah mengomunikasikan kepada para peserta apa yang menjadi agenda pertemuan katekese itu. Sudah tentu, cara berkomunikasi mutlak diperlukan sehingga benar-benar bisa dipahami atau dimengerti dengan baik oleh para peserta. Karena itu, keterampilan berkomunikasi mesti terus menerus dilatih.
Untuk keterampilan yang satu ini, contohilah saja Yesus. Yesus selalu mengomunikasikan pesan-Nya lewat kata-kata yang sederhana, jelas dan konkrit. Dia memakai ungkapan-ungkapan sederhana yang lahir dari situasi para pendengarnya seperti penjala manusia, penabur, kebun anggur dan sebagainya. Seorang fasilitator pun mesti memiliki keterampilan berkomunikasi seperti Yesus. Sehubungan dengan bahasa yang dipakai, hendaknya seorang fasilitator memiliki tips-tips berikut ini.
Pertama; Gunakanlah bahasa yang sederhana, artinya mudah dimengerti oleh pendengar. Kedua; Bahasa yang digunakannya harus jelas dan tidak berbelit-belit. Meskipun bahasanya sederhana namun dia bisa memberikan informasi dan gagasan yang mudah dimengerti dan yang menyajikan isinya secara jelas.
Apapun metode katekese yang digunakan, seorang fasilitator mesti mampu untuk mengarahkan pendengar kepada tiga hal berikut:
1. Menghadirkan pengalaman hidup
2. Menginterpretasi pengalaman tersebut dalam terang Kitab Suci
3. Menarik pesan untuk dibawa ke dalam hidup nyata.
Lihat juga: Metode katekese yang paling sering digunakan dalam katekese umat Katolik
4. Trampil Mengevaluasi
Keterampilan keempat yang mesti dimiliki seorang fasilitator katekese umat Katolik adalat trampil mengevaluasi. Evaluasi adalah tahapan yang tidak kalah pentingnya yang mesti dimiliki oleh seorang fasilitator. Tujuan dari evaluasi dalam katekese umat Katolik ini adalah untuk melihat keseluruhan proses yang ada. Evaluasi ini bisa dilakukan oleh fasilitator, namun bisa pula dipandu oleh fasilitator untuk dievaluasi oleh semua peserta yang hadir.
Bahan evaluasi untuk sebuah katekese meliputi proses persiapan, bagaimana memulai kegiatan, bagaimana proses berjalan dan bagaimana menutupnya.
Prasyarat menjadi Fasilitator Katekese Umat Katolik
Nah, empat keterampilan sebagai tips cara paling mudah menjadi fasilitator katekese umat Katolik sudah disajikan. Apakah itu sudah cukup? Sebagaimana tujuan dari katekese katolik yang sudah dijelaskan di atas di mana katekese tidak hanya dimaksudkan untuk menemukan pesan Sabda Tuhan tetapi merumuskan bagaimana penghayatan dan pelaksanaannya, maka pribadi dari seorang fasilitator katekese perlu memperhatikan hal-hal berikut.
1. Memiliki Iman Yang Kokoh
Seorang fasilitator mesti memiliki iman yang kokoh. Mengapa? Karena tugas ini bukanlah tugas yang hanya terikat dengan waktu atau jabatan. Tugas ini mengandaikan iman yang mendalam. Ketika menjalankan tugas ini, kita pasti merasa tidak mampu. Namun, jika kita memiliki iman, maka kita akan bisa menjalankannya dengan baik. Mungkin kita tidak terlalu berhasil tetapi kita bisa menjalankannya.
Iman juga akan membantu seorang fasilitator untuk menemukan bahwa sumber utama dalam kegiatan adalah Tuhan. Semua diarahkan untuk menyadari bahwa Tuhan sedang hadir dalam pertemuan tersebut. Dia mengarahkan semua yang ada untuk berbicara secara terbuka di hadapan Tuhan tentang hidupnya.
2. Mencintai Sabda Tuhan
Menjadi fasilitator Kitab Suci berarti menjadikan Kitab Suci sebagai pegangan utamanya. Dalam Kitab Suci, dia akan menemukan Tuhan yang berbicara. Semakin orang mengakrabi Kitab Suci, semakin orang mengetahui banyak tentang Sabda Tuhan.
Seorang fasilitator akan mewartakan Sabda Tuhan. Karena itu, dia sendiri mesti mencintai Sabda Tuhan. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai cara. Dia bisa membaca, merenungkan, merefleksikannya atau membuat ringkasan atas Sabda Tuhan.
Yang paling penting adalah dia mesti merasakan betapa nikmatnya Sabda Tuhan. Dia mesti mampu merasakan bahwa Sabda ini membawa nutrisi yang menguatkan batinnya.
3. Aktif Dalam Kegiatan Dan Kehidupan Menggereja
Keaktifan dalam hidup menggereja merupakan ekspresi yang keluar dari apa yang ada dalam batin seseorang. Apa yang diimaninya dipraktekkan dalam hidup (bdk. Yak. 2:14-17). Untuk seorang fasilitator, keterlibatan dalam kegiatan dan kehidupan menggereja memiliki dua dampak besar untuk hidupnya.
Pertama, dia mengekspresikan integritas dirinya sebagai orang beriman. Sebagai satu keluarga besar, Kerajaan Allah dibangun oleh Tuhan dengan keterlibatan setiap anggotanya. Kehadiran seseorang dalam kehidupan menggereja akan memberikan dukungan bagi yang lain untuk berada dalam kebersamaan.
Kedua, dengan melibatkan diri dalam kehidupan menggereja, seorang fasilitator bisa mengetahui perkembangan dalam gereja. Ini akan amat membantunya dalam menfasilitasi pertemuan. Apa yang dibicarakannya akan sejalan dengan apa yang menjadi pokok pembicaraan dalam Gereja.
4. Terbuka Terhadap Berbagai Kelompok
Pra-syarat terakhir adalah sikap hati yang terbuka. Gereja adalah tempat di mana berkumpulnya semua orang dari berbagai kelompok, golongan dan suku. Bahkan dalam satu kelompok kecil, bisa terjadi anggota gerejanya memiliki latar belakang suku yang berbeda-beda. Seorang fasilitator mesti memiliki kemampuan untuk terbuka terhadap berbagai perbedaan. Dia mampu mencontohi Tuhan yang merangkum semua orang.
Sikap yang terbuka akan memudahkan kerja fasilitator dan mencairkan suasana. Orang yang tertutup akan sulit dimengerti dan akan menciptakan suasana yang tidak kondusif bagi sharing pengalaman dalam sebuah kelompok. Orang yang terbuka hati akan mudah diterima dan karenanya dia sendiri akan dibantu untuk memfasilitasi pertemuan dengan baik.
Demikian! Semoga bermanfaat.
Sumber: Bahan pelatihan fasilitator Kitab Suci dari Komisi Kitab Suci Keuskupan Agung Kupang untuk para guru agama dan katekis di Alor
Terima kasih atas kunjungannya. Tuhan memberkati.
Silahkan di-share agar lebih banyak orang mengetahuinya. Tinggalkan tanggapanmu di kolom komentar di bawah.
TAG:
Katekese umat
Katekese umat Katolik
Katekese iman katolik
Materi katekese Katolik
Metode katekese pastoral
Menjadi fasilitator katekese katolik
Metode katekese dalam Gereja Katolik