Renungan Perayaan Pekan Suci Tahun 2020, Uskup Agung Kupang

Mgr. Petrus Turang Uskup Agung Kupang
Mgr. Petrus Turag; Uskup Agung Kupang

Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang telah menerbitkan renungannya untuk perayaan Pekan Suci; Minggu Palma, Kamis Putih, Jumat Agung dan Paskah tahun 2020. Renungan ini tentu juga berkaitan dengan situasi dunia saat ini yang sedang dilanda pandemi Covid-19, corona virus desease.

Lihat juga:




HARI MINGGU PALMA

"Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan, damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi" (Lk. 19:38).

Daun adalah lambang kesuburan dan kesegaran. Daun zaitun dipakai untuk melambangkan perdamaian. Daun juga dipakai untuk menyimpan atau mengawetkan makanan. Daun itu menunjukkan juga kegembiraan alam raya. Daun itu ada bukan demi dirinya sendiri. Daun itu menjadi dapur untuk mengolah asupan bagi pohon. Dedaunan hijau menyatakan mekarnya kehidupan. Daun hijau menunjukkan kegembiraan hidup di tengah kegersangan dan kecemasan akibat wabah coronavirus.

Kita mengenang peristiwa daun-daun dalam perjalanan hidup Yesus. Khalayak ramai bersorak-sorai atas kedatangan-Nya. Yesus disambut sebagai raja yang diarak menuju puncak penyerahan diri seturut kehendak Bapa-Nya. Oleh karena itu, liturgi Gereja kita biasanya melakukan perarakan daun-daun sebagai kenangan akan peristiwa mulia Yesus Kristus di Yerusalem. Tetapi akibat wabah coronavirus, maka sekarang ini Gereja tidak dapat melakukan tradisi liturgis ini. Persekutuan hidup iman kita saat ini terpusat pada keluarga: gereja rumahtangga, di mana kita dapat menghayati perayaan daun-daun secara tertutup dan tersendiri, Yesus datang ke rumah kita dan kita menyambut-Nya dengan rasa syukur dan gembira. Inti perhatiannya adalah iman kita akan Yesus Kristus, pengharapan hidup kita, utamanya di saat yang sulit dan mencengkam.

Dalam perjalanan hidup iman, kita punya tugas untuk memuliakan Kristus yang datang untuk memulihkan hubungan kita dengan Bapa-Nya dan membuka jalan keselamatan: "Akulah jalan, kehidupan dan kebenaran". Dalam saat yang memilukan serta menyedihkan sekarang ini, kita perlu mendekatkan diri pada-Nya. Kita merayakan Minggu Daun-daun dengan rasa syukur, tanpa terkurung dalam kecemasaan, ketakutan dan kesedihan. Kita bersukacita dalam iman akan Dia yang datang atas nama Tuhan Allah, pencipta dan sumber kehidupan kita. Kita teguh dalam iman, yang memohon bantuan dalam belaskasih-Nya.

Kenangan akan peristiwa daun-daun dalam iman mendorong kita untuk bergerak maju dalam menghadapi tantangan hidup dengan tabah hati. Kita bergerak maju menuju kemenangan dalam kerjasama dengan semua orang. Kita melibatkan diri secara aktif dalam upaya bersama mengatasi saat yang genting sekarang ini. Kita peduli akan hidup sesama, utamanya mereka yang berkekurangan. Kita berarak bersama dalam pengharapan. Kita tidak takut menghadapi bahaya, karena kita bersama Kristus yang datang untuk menyelamatkan kita. Di dalam ketiadaan perayaan bersama, kita membangun kepercayaan diri yang terbuka. Sukacita iman tetap bergema dalam kesendirian kita di rumah masing-masing.

HARI KAMIS PUTIH

"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adlah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kami saling mengasihi" (Yoh 13: 34-35).


Hari Kamis Putih adalah kenangan akan Perjamuan Tuhan. Kita merayakan perutusan cinta kasih Tuhan bagi manusia. Kita menyembah kehadiran-Nya demi kebaikan manusia. Kita membarui perutusan cinta kasih dalam persekutuan hidup iman kita. Kita membuka diri untuk kerjasama yang mensejahterakan semua orang. Kita berani keluar dari ingat diri dan menggerakkan kemurahan hati untuk hidup berbagi dengan semua orang. Perjamuan Tuhan mendorong kita untuk melakukan perbuatan kasih dengan tulus hati.

Yesus Kristus membasuh kaki para murid-Nya. Dia Guru dan Tuhan, namun merendahkan diri dan memberikan teladan cinta kasih par excellence. Teladan Kristus yang mendahului sengsara dan wafat-Nya membuka jalan bagi kita untuk menjadi sesama yang baik. Oleh karena itu, setiap kali kita menerima Tubuh dan Darah Tuhan, kita merayakan kembali penyerahan diri-Nya demi kebaikan kita. Kita memperoleh kekuatan untuk menjalani hidup dengan tak kekurangan apapun. Kita mendapat kekuatan untuk membangun keseimbangan hidup dalam diri kita dan dalam hubungan sesama. Teladan cinta kasih Kristus harus mewujud dalam perjalanan hidup kita. Tanpa cinta kasih yang benar, hidup kita menjadi kosong dan tanpa makna.

Di saat wabah coronavirus, kita sadar kembali akan perutusan kita untuk peduli satu sama lain. Dalam kepedulian bersama dan dengan sikap solidaritas yang tulus, kita bahu membahu mencari jalan agar serangan wabah ini dapat dihentikan. Cinta kasih Kristus mendorong kita untuk belajar hidup bersesama dan membangun perbuatan hidup yang merangkul semua orang. Kita perlu keluar dari sikap hidup individualistik yang ketat. Hari Kamis Putih menyadarkan kita kembali bagaimana peduli sesama yang baik dan benar. Kehadiran Yesus Kristus adalah pernyataan cinta kasih tanpa pamrih. Dengan demikian, dalam ketersendirian perayaan Kamis Putih, kita insaf akan antarhubungan gerejani, biarpun daring, karena kita dapat melakukan perayaan antar batin yang dipersatukan oleh Daya Yesus Bangkit, yaitu Roh Kudus. Di dalam Roh Kudus, kita kuat bersatu sehati sejiwa dalam mengenang Perjamuan Tuhan secara streaming.

Kenangan Kamis Putih juga mengingatkan kita sebagai murid-murid Kristus untuk memiliki kemurahan hati dan peduli sesama dengan tulus. Sebagaimana kita menerima Kristus sebagai anugerah kasih, maka kita juga harus menerjemahkannya dalam peduli sesama. Apa yang kita terima dari kebaikan Kristus hendaknya dibagikan dengan murah hati dengan sesama, khususnya mereka yang berkekurangan dalam membangun hidup yang bermartabat manusiawi.




HARI JUMAT AGUNG

"Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku" (Lk. 20:46).

Hari Jumat Agung tahun ini adalah kenangan Kematian Tuhan kita Yesus Kristus di tengah demikian banyak kematian akibat coronavirus. Yesus wafat di salib demi keselamatan manusia. Kristus pasrah dalam kehendak Bapa-Nya. Yesus taat kepada Bapa-Nya sampai wafat di salib. Kehadiran peristiwa ini dalam perjalanan hidup iman mendorong kita untuk teguh dalam ketaatan kepada Bapa di sorga. 

Kristus yang merasakan ketersendirian dan ditinggalkan, berseru kepada Bapa-Nya, dan doa-Nya terjadi menurut kehendak Bapa-Nya. Demikian Yesus menjalani perutusan sebagai manusia, dengan segala pengalaman manusiawi sampai kematian. Tiada unsur manusiawi yang terlewatkan dalam hidup Yesus. Inilah makna dari penjelmaan yang paling mendalam dan paling manusiawi.

Kematian Yesus adalah pangkal keselamatan kita: "Kami menyembah Engkau, karena dengan salib-Mu Engkau menebus dunia". Kristus hadir dalam dunia manusia sampai mati, tetapi di dalam kematian-Nya kita mendapatkan anugerah keselamatan. Manusia dipulihkan dari kedosaan, yaitu keadaan tanpa hubungan dengan Bapa-Nya. Kita mendapat jalan baru di dalam kematian-Nya. Kematian Kristus adalah peta jalan yang paling mulia bagi manusia. Kematian Kristus tidak kosong dan tanpa makna, tetapi menjadi lorong utama untuk kebangkitan. Persekutuan dalam kematian Kristus adalah juga persekutuan dalam kebangkitan bersama Dia. Oleh karena itu, perayaan liturgis kematian pada Jumat Agung bukanlah liturgi pemakaman, tetapi itulah liturgi sukacita, karena oleh kematian- Nya kita diselamatkan dari kungkungan kedosaan kita. Kita diperkenankan kembali masuk dalam hubungan mesra dengan Bapa-Nya. Kita diteguhkan, melalui Permandian, sebagai anak-anak Allah. Hubungan Bapa-anak terjalin kembali berkat kematian Kristus.

Menurut kebiasaan liturgi Katolik, nampaknya perayaan Jumat Agung memperlihatkan kesedihan atau dukacita. Benar, itulah tanda dukacita atas kedosaan kita, yang bersyukur atas salib-Nya yang membawa keselamatan dan kemenangan. Umat Katolik selalu berbondong-bondong untuk merayakan Jumat Agung, karena manusia ingat juga akan kematiannya. Pada saat yang sulit sekarang ini akibat coronavirus, kita mendoakan saudara-saudari kita yang meninggal akibat wabah coronavirus, agar dalam kesatuan dengan kematian Kristus, mereka memperoleh keselamatan kekal, seperti dijanjikan Kristus sendiri. Di dalam kematian Kristus, kita berjumpa kembali dalam kasih Bapa di sorga.

Bagi kita yang terus melanjutkan kehidupan di dunia, kematian Kristus harus menjadi andalan dalam menapaki perjalanan hidup, yang pasti tidak luput dari tantangan dan kesulitan, termasuk kematian pula. Namun di dalam iman akan wafat-Nya, kita teguh bersama dalam perjalanan ini dengan semangat Injil Kehidupan Kristus sampai kematian-Nya adalah tanda anugerah kasih Bapa. Kita bersyukur atas daya kematian-Nya yang memberikan teladan bagaimana kita belajar menaati kehendak Bapa di sorga. Pada gilirannya, kita akan berjumpa dengan kasih Bapa yang tercermin dalam persekutuan gerejani yang saling melayani dan saling peduli. Kepedulian kasih Kristus sampai wafat di salib mendorong kita untuk tidak pernah takut dalam keadaan sesulit apapun. Keterbatasan serta kerapuhan manusia kita telah ditebus oleh Yesus Kristus dengan Darah-nya, sehingga baik dalam penderitaan atau kemalangan maupun dalam kematian, kita tetap bersatu dengan Kristus, yang datang untuk membawa kita kembali kepada Bapa-Nya.
Uskup Agung Kupang Mgr. Petrus Turang
Mgr. Petrus Turang dalam sebuah acara di Paroki Bukapiting, Alor

SABTU PASKAH: ALLELUYA

"Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? la tidak ada di sini, la telah bangkit... Anak manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, daan akan bangkit pada hati yang ketiga" (Lk. 24: 5-7).

Klik:

Perayaan Sabtu Paskah adalah pesta kemenangan. Kristus menang atas maut dengan bangkit dari antara orang-orang mati: terang dalam kegelapan. Kebangkitan Kristus membuka pintu sorga bagi manusia. Yesus bangkit mengalahkan segala penghalang bagi manusia untuk berkomunikasi dengan Bapa- Nya. Yesus bangkit adalah Pengantara dan Juruselamat kita. Di dalam kebangkitan Kristus, kita bermegah sebagai anak-anak Allah yang merdeka. Tanpa kebangkitan, sia-sialah iman kita, demikian titah St. Paulus. Kita melakukan panggilan serta peruitusaniman kita, karena Kristus dibangkitkan Bapa. Kematian tidak lagi berkuasa atas manusia. Itulah jalan masuk ke dalam persekutuan dengan Bapa di sorga di dlam Kristus, Terang dunia.

Para rasul serta murid Yesus lainnya bimbang dan ragu-ragu akan Yesus. Mereka takut dan terkurung dalam keputusasaan. Mereka tidak yakin bahwa Yesus adalah Mesias. Mereka selalu minta pernyataan yang kelihatan. Biarpun Yesus telah menampakkan diri-Nya, mereka tetap tidak yakin dan binggung. Biarpun, demikian kebangkitan Kristus lambat laun menyusupi hati mereka. Pelbagai perjumpaan telah mengubah hati mereka. Namun, mereka tetap takut tanpa daya. Kristus bangkit tetap mendidik dan membimbing mereka kepada janji-janji-Nya. Akhirnya, mereka percaya!
Kebangkitan yang diimani oleh para Rasul diwartakan sampai kepada kita. Kita juga bersatu dalam kebangkitan Kristus, biarpun kita juga tidak selalu yakin. Kita lebih percaya pada kekuatan manusiawi kita. 

Dengan kemampuan teknologi, kita sering jauh dari warta kebangkitan Kristus. Kita yang sudah disatukan dengan kematian serta kebangkitan-Nya dalam Permandian seringkali melihatnya sebagai pernyataan yang menguntungkan atau merugikan. Manusia tetap tertutup pada kemampuan manusiawi, sehingga perayaan kebangkitan berlau begitu saja. Kita merayakannya seperti kegiatan-kegiatan lain dalam hidup kita. Namun, kita yang memperoleh anugerah Permandian harus membangun hidup iman akan kebangkitan. Oleh karena itu kita perlu 40 hari untuk merenungkan kembali tentang peristiwa-peristiwa iman dalam perjalanan hidup ini. Diharapkan bahwa dalam Sabtu Paskah ini, kita merayakannya dengan iman yang terbarui, yaitu percaya benar akan kebangkitan Kristus sebagai sumber keselamatan kita di tengah tantangan dan kesulitan saat ini.
Paskah kebangkitan adalah pusat dan puncak hidup iman kital Di dalam iman Paskah ini, kita selalu dapat berjumpa dengan daya untuk bergerak dalam dunia ini sebagai murid-murid Kristus yang bangkit, yaitu berani membangun keadilan dan perdamaian.

Dalam masa yang sulit akibat wabah coronavirus, kita bangkit bersama Kristus dengan hati nurani terbarui: kita peduli akan sesama dengan tulus, kita perbarui cara kerja serta perhatian akan Iiingkungan hidup, kita belajar kerjasama dengan semua orang, kita menjadi murid Kristus yang sejati. Kita berupaya menjadi orang beriman yang baik dan benar. Kita tidak menyerahkan diri pada berhala-berhala modern yang kita sendiri ciptakan. Kita kembali kepada Bapa yang membangkitkan Kristus. Kita berlaku sebagai warga yang unggul dalam hidup sosial, ekonomi dan politik, sehingga terbitlah keseimbangan hidup yang bermartabat dalam keluarga dan lingkungan hidup kita.
Uskup Agung Kupang Mgr Patrus Turang
Mgr. Petrus Turang bersama umat Paroki Bukapiting

Selamat Pesta Paskah! Selamat bangkit dari keprihatinan hidup kita! Alleluya!

Kupang, 30 Maret 2020

Mgr. Petrus Turang

Artikel lainnya:



Terima kasih telah berkunjung, Tuhan memberkati.


Artikel Terbaru

Jangan lewatkan

Ibadat Lingkungan Katolik Terbaru 2022

Teks Panduan Ibadat Syukur Wisuda Katolik

Ibadat Sabda untuk Keluarga dan Lingkungan Umat Basis

Teks Panduan Ibadat Katolik untuk Peringatan 40 Hari Kematian

Lirik dan Teks Lagu Misa Persembahan Hidup Kami

Lagu Misa Katolik; Referensi Terbaik Lagu-Lagu Misa

Lagu Adven Fajar Telah Mulai Menyingsing SATB

Daftar Rekomendasi Lagu Misa Natal Terbaru

Ibadat Sabda Lingkungan Terbaru 2024

Kriteria, Tata Tertib dan Aspek Penilaian Lomba Baca Kitab Suci Katolik BKSN