Tubuh Kristus, Santu Thomas Aquinas dan Burung Pelikan
Penggambaran seekor pelikan di Gereja Katolik All Saints di St Peters, Missouri, AS (Foto:churchmilitant.com) |
Tubuh Kristus atau yang dalam bahasa Latin disebut Corpus Christi adalah Roti Ekaristi sebagai bahan santapan rohani atau santapan jiwa bagi setiap orang Katolik. Tuhan Yesus memberi makan kepada umat-Nya dengan Tubuh dan Darah-Nya sendiri. Untuk menyelami misteri ilahi tentang Tubuh Kristus, kita sudah sepantasnya berpaling kepada Santo Thomas Aquinas. Dia yang menyusun himne yang digunakan dalam Ofisi dan Misa untuk perayaan Corpus Christi. Mazmur dan doa yang dibacakan dalam Ofisi Ilahi serta bacaan untuk Misa dipilih dan ditentukan oleh Thomas Aquinas. Sementara burung pelikan adalah burung yang karakteristiknya menganalogikan pemberian diri Kristus dengan mengurbankan Tubuhnya dan menumpahkan Darahnya demi keselamatan umat manusia.
Teks adorasi Sakramen Mahakudus
Keluarga Katolik dan Ekaristi
Mengenal, memahami dan menghayati Ekaristi
David Nussman dalam sebuah tulisannya berjudul “Pujian kepada Tuhan Ekaristis kita” yang dipublikasikan oleh ChurchMilitant.com mengungkapkan bahwa Thomas Aquinas menulis empat himne Ekaristi untuk perayaan Tubuh dan Darah Kristus dimana, satu himne untuk Misa Kudus dan tiga himne lainnya untuk Ofisi Ilahi. Dia juga menulis sebuah himne tambahan tentang Ekaristi, yang tidak terkait dengan perayaan liturgi, jadi secara keseluruhan ada lima himne Ekaristi yang ditulisnya. Kelima himne tersebut adalah Adoro te devote, Lauda Sion, Pange lingua, Sacris solemniis dan Verbum superum.
Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus sendiri dalam Gereja Katolik merupakan perayaan yang didedikasikan untuk penyembahan kepada Yesus Kristus di dalam Tubuh dan Darahnya yang mahakudus. Perayaan Tubuh dan Darah Kristus dilaksanakan pada hari Kamis sesudah Hari Raya Tritunggal Mahakudus. Di beberapa Negara termasuk di Indnesia, perayaan ini dipindahkan ke hari Minggu sesudahnya.
Tentang kelima himne ekaristi yang disusun oleh Thomas Aguinas itu sendiri, akan digambarkan satu per satu di sini, masil dalam tulisan David Nussman.
1. Adoro Te Devote
Himne Adoro Te Devote berisi tentang sembah sujud kepada Yesus Kristus yang tersamar dalam rupa roti. Himne ini bukan merupakan bagian dari Misa atau Ofisi Corpus Christi tetapi sering dipakai dalam ibadat adorasi. Dalam syair dari himne ini, bagian yang sekiranya diberi garis bawah adalah pada syair yang berbunyi "Nil hoc verbo Veritatis verius" atau "Tidak ada yang lebih benar, selain firman Kebenaran itu sendiri." Dengan ungkapan akan kebenaran ini dapat menguatkan hati kita yang kurang percaya. Jika kita merasa bahwa iman kita akan roti Ekaristis sebagai Kehadiran Nyata Kristus mulai memudar, kita hanya perlu memperhatikan kebenaran Sabda Kristus ini: Kristus sendiri berkata bahwa Dia akan memberi kita Daging dan Darah-Nya, dan Dia adalah Kebenaran itu sendiri.
Bait ketiga dari nyanyian itu menyebut Tuhan Yesus sebagai "Pie Pellicane". Pelikan adalah burung air yang memiliki kantung di bawah paruhnya. Pie pellicane sendiri "pelikan tersayang" atau "pelikan pengasih."
Gelar Yesus sebagai pelikan pengasih ini berasal dari tradisi di Abad Pertengahan. Dasar pemikiran dari pemberian gelar ini merujuk pada karakteristik dari burung yang juga disebut undan, yaitu bahwa burung undan/pelikan memberi makan anaknya dengan darahnya sendiri. Ia melukai dirinya sendiri dengan paruhnya sehingga anak-anaknya bisa minum dari lukanya itu, hal dimana Tuhan kita memberi makan umat-Nya dengan Tubuh dan Darah-Nya sendiri.
Itulah mengapa kadang-kadang dalam karya seni di gereja-gereja ada gambar burung pelikan di dalam sarang, dengan luka di dadanya dan dikelilingi oleh anak-anaknya. Karya seni ini adalah metafora untuk melukiskan tindakan yang dilakukan Kristus bagi kita dalam Ekaristi.
2. Lauda Sion
Himne Lauda Sion adalah madah sekuensia untuk Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Sekuensia adalah madah atau himne yang dinyayikan atau dibacakan pada saat Misa, sebelum Injil. Bait pertama dari himne yang ditulis sekitar tahun 1264 atas permintaan Paus Urbanus IV ini berbunyi:
Lauda Ducem et Pastorem,
In hymnis et canticis.
Quantum potes, tantum aude:
Quia maior omni laude,
Nec laudare sufficis.
Puji Pemimpin dan Gembala
Dalam himne dan kidung.
Sebisa mungkin, berusahalah,
Karena Dia lebih besar dari segala pujian,
Di dalam bait ini, St. Thomas menyebut Gereja sebagai Sion dan menyerukan kepada Gereja untuk senantiasa memuji Tuhan. Oleh karena Tuhan itu begitu agung maka pujian kita tidak akan pernah cukup. Tuhan melampaui segala pujian, dan itulah mengapa kita harus memuji Dia.
Bagian lain dari lirik himne ini yang perlu diberi perhatian adalah pada lirik berikut:
Cum Isaac immolatur,
Agnus Paschae deputatur,
Datur manna patribus.
Ketika Ishak dikorbankan,
Anak domba Paskah dikirim,
Dalam lirik tersebut di atas terkandung makna akan tiga gambaran Ekaristi dalam Perjanjian Lama, yaitu: Pengorbanan Ishak oleh Abraham (Kejadian 22), Pengorbanan domba yang tidak bercacat oleh orang Ibrani untuk Paskah (Keluaran 12) dan Manna yang diberikan kepada orang Ibrani di padang gurun (Keluaran 16).
Berdoa secara Katolik; Apa dan bagaimana
Cara paling mudah bisa doa spontan
3. Pange Lingua
Himne Pange Lingua yan ditulis oleh Thomas Aquinas ini dimadahkan dalam Ofisi Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Himne ini juga dinyayikan dalam prosesi Ekaristi, termasuk prosesi ke tempat pentakhtaan pada perayaan Kamis Putih. Dua bait terakhir dari himne ini, dimulai "Tantum ergo Sacramentum" dilantunkan pada saat penyembahan kepada Sakramen mahakudus.
Jika diperhatikan dari Misa Latin Tradisional, nampak bahwa bagian awal dari himne Pange lingua ini menyerupai himne lain yang dilantunkan pada perayaan Jumat Agung untuk penghormatan Salib Suci. Himne Salib itu ditulis oleh St. Venantius Fortunatus.
Himne ini dibuka dengan, "Pange, lingua, gloriosi corporis mysterium" yang artinya "Nyanyikan, lidahku, misteri tubuh yang mulia." Bandingkan dengan himne yang dinyanyikan pada Jumat Agung: "Pange, lingua, gloriosi lauream certaminis" yang artinya "Nyanyikan lidahku, capaian kemenangan dari perjuangan yang mulia."
Thomas Aquinas memang sengaja meminjam ungkapan dari pendahulunya. Ini merupakan suatu hal yang lazim dalam puisi kuno dan abad pertengahan, yaitu meminjam frasa dari penyair sebelumnya dan mengolahnya menjadi karya sendiri. Poin yang mesti menjadi catatan kita disini adalah bagaimana sebuah himne tentang Ekaristi meminjam frasa dari himne tentang Salib Suci. Hal ini tentu mengisyaratkan hubungan teologis antara Sengsara Tuhan Kita di Kayu Salib dan Sakramen Mahakudus. Ekaristi adalah sakramen sempurna dari Sengsara Tuhan Kita. Kita umat Katolik biasa memperingati Sengsara dan kematian Kristus sesuai kalender liturgi kita. Kita tentu tahu bahwa Kristus yang mati di kayu Salib dan bangkit pada hari ketiga, sungguh hadir dalam Sakramen Mahakudus.
Masih dari himne Pange lingua ini, bagian lirik yang sungguh sarat akan makna terdapat pada bait keempat:
Verbo Carnem efficit:
Fitque Sanguis Christi merum,
Et si sensus deficit,
Ad firmandum cor Sincerum
Sola fides sufficit.
Dan anggur menjadi Darah Kristus,
Walau indra tak cerap,
Untuk menguatkan hati yang tulus
Dari penyataan ini kita dapat melihat gambaran tentang Tuhan kita, Yesus Kristus, yang adalah Firman yang menjadi Daging, dan dengan kata-kata institusi, Dia mengubah roti menjadi Daging-Nya.
4. Sacris Solemniis
Himne Sacris Solemniis juga merupakan Ofisi Perayaan Tubuh dan Darah Kristus. Dua bait terakhir sering berdiri sendiri sebagai Panis Angelicus. Ada empat baris yang secara khusus layak untuk diberi fokus perhatian:
Fit Panis Hominum;
Dat Panis Caelicus
Figuris terminum.
Menjadi Roti Manusia;
Roti Surgawi diberikan
Ada banyak hal dalam Perjanjian Lama yang ditafsirkan sebagai "perwujudan" Ekaristi Kudus, seperti yang dibahas di atas dengan mengacu pada Lauda Sion. Perhatikan referensi Ekaristi sebagai "Roti Malaikat" dan "Roti Surgawi."
Ketika kita menyembah Tubuh dan Darah Tuhan kita dalam Misa dan menerima Dia dalam Komuni Kudus, itu seperti sebuah jendela kecil ke Surga, sedikit mencicipi surga.
5. Verbum Supernum
Verbum Supernum adalah himne lain yang ditemukan di Ofisi Corpus Christi. Dua bait terakhir adalah "O Salutaris Hostia" yang digunakan selama adorasi Ekaristi. Mari kita lihat bait keempat dari himne ini:
Convescens di Edulium,
Se moriens dalam pretium,
Se regnans dat di praemium.
Dimakan, sebagai Makanan,
Mati, sebagai tebusan,
Dari bait ini kita melihat sebuah ringkasan yang indah dari misteri penebusan kita oleh Kristus. Dalam kelahiran-Nya, Kristus menunjukkan bagaimana Dia datang untuk tinggal di antara kita sebagai rekan. Pada Perjamuan Terakhir, Dia menetapkan Ekaristi, memberikan diri-Nya kepada kita sebagai makanan rohani. Dalam wafat-Nya, Dia membeli keselamatan kita. Saat Dia memerintah sekarang di Surga, Dia terus memelihara kita dalam Sakramen Mahakudus.
Ketika St. Thomas berkata bahwa Tuhan Yesus memberikan diri-Nya dengan kematian sebagai "pembayaran", yang dia maksudkan adalah Kristus membeli penebusan kita melalui Sengsara dan kematian-Nya di kayu Salib.
TAG: Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus 2022, makna Tubuh dan Darah Kristus, Teks adorasi Sakramen Mahakudus, Santu Thomas Aquinas
Pengetahuan iman yang baik. Silahkan dishare kepada teman-temanmu.
Terima kasih atas kunjungannya, Tuhan memberkati.
Klik juga label “Katekese” di bawah untuk melihat artikel menarik lainnya.