Hari Raya Tritunggal Mahakudus; Kilas Sejarah Perayaan

Pada hari Minggu setelah Hari Raya Pentekosta, Gereja Katolik merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus; Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus sebagai tiga pribadi dari Allah yang satu. Di satu sisi Tritunggal Mahakudus atau Trinitas merupakan inti dari iman Katolik namun di sisi lainnya Tritunggal Mahakudus juga merupakan misteri Allah yang paling agung, jauh melampaui segala sesuatu yang ada di alam semesta ini.

Kilas Sejarah
Hari Raya Tritunggal Mahakudus diresmikan menjadi hari raya Gereja universal oleh Paus Yohanes XXII pada tahun 1334. Penetapan hari raya ini telah melewati proses yang panjang sejak berabad-abad sebelumnya.

Bahwa iman dan penghormatan kepada Tritunggal Mahakudus ini sudah ada sejak Gereja perdana berdasarkan Sabda Yesus sendiri (Yoh 10:30, Yoh 14:9, Yoh 17: 21, Luk 3: 22, 17:5, Yoh 17:5, Yoh 1:1-3, Yoh 15:26, Yoh 14:6, Mat 28:18-20) dan diteruskan dalam pengajaran para rasul (1 Yoh 5:7, 1 Pet:1-2; 2 Pet 1:2, 1Kor 1:2-10; 1Kor 8:6; Ef 1:3-14). Para Rasul mengajarkan apa yang mereka terima dari Yesus, bahwa Ia adalah Sang Putera Allah, yang hidup dalam kesatuan dengan Allah Bapa dan Allah Roh Kudus. Iman akan Allah. Trinitas ini sangat nyata pada Tradisi umat Kristen pada abad-abad awal dalam ungkapan syahadat para rasul/ Credo yang dirumuskan dalam Konsili Nicea tahun 325.

Iman Gereja ini dipertegas lagi dalam Konsili konstantinopel tahun 359 dengan mencantumkan iman Gereja akan Trinitas itu secara tertulis. Hal ini juga dilakukan untuk menentang ajaran sesat (heresies) pada abad ke-3 dan abad ke-4 dari Arius (Arianisme) yang menentang kesetaraan Yesus dengan Allah Bapa dan dari Sebellius (Sebellianisme) yang membagi Allah dalam tiga modus sehingga Allah digambarkan sebagai tiga pribadi yang berbeda.

Misteri Trinitas Mahakudus sebagai suatu perayaan khusus baru ada sejak abad VIII di Inggris oleh seorang biarawan dan pemikir asal Inggris yang bernama Albinus. Dengan semangat liturgi suci ia membuat suatu rumusan liturgi misa votif untuk menghormati misteri Allah Trinitas mahakudus.

Rumusan misa votif ini diterima oleh Uskup Bonifasius (St. Bonifasius), rasul bangsa Jerman. Dari rumusan Misa votif akhirnya secara perlahan tersebar secara luas sampai akhirnya diterima di Jerman dalam Konsili Seligenstadt, tahun 1022.

Tahun 920, Mgr. Stefanus, uskup Liège – Belgia, melembagakan Pesta Trinitas Mahakudus sebagai perayaan tetap di Gereja keuskupannya. Ia juga menyusun doa offisi (doa brevir/ibadat harian) yang lengkap untuk menghormati misteri Trinitas tersuci ini.

Paus Alexander II (menjadi Paus tahun 1061-1073) pernah mengeluarkan dekrit untuk melarang perayaan untuk menghormati Trinitas di berbagai Gereja lokal dengan alasan bahwa setiap hari dan setiap saat kita menyeruhkan penghormatan kita kepada Allah Trinitas yang mahakudus dengan mengucapkan : Gloria Patri, et Filio, et Spiritui Sancto (Kemuliaan kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus), dan/atau dengan formula lain yang sangat agung sebagai tanda hormat dan sembah bakti kita kepada misteri Trinitas yang tersuci. Walaupun demikian perayaan khusus misteri Trinitas mahakudus, tersebar luas di biara-biara dan Gereja-gereja lokal sebagai suatu perayaan iman yang tetap dan wajib.

Pada awal abad XII ada seorang biarawan bernama Rupert, yang digelari sebagai pangeran studi liturgi, mencanangkan perayaan Misteri Trinitas pada hari Minggu setelah Pentekosta, dengan mengatakan :

“Setelah kita merayakan HR Pentekosta, hari turunnya Roh Kudus, kita menyanyikan kemuliaan kepada Allah Trinitas mahakudus pada hari Minggu berikutnya. Hal ini tepat karena segera setelah turunnya Roh Ilahi mulailah pewartaan Injil, orang-orang mulai percaya, dan mulai adanya pembabtisan, iman dan pertobatan dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus”.

Di Inggris, pelembagaan perayaan misteri Trinitas pada hari Minggu setelah HR Pentekosta dimotori oleh martir St. Thomas Becket Uskup agung Canterbury, pada tahun 1162, sekaligus sebagai perayaan untuk mengenangkan tahbisanya sebagai uskup pada hari Minggu setelah Pentekosta (saat itu Gereja Inggris masih dalam kesatuan dengan Gereja Katolik Roma, belum menjadi Gereja Anglikan).

Di Prancis, tahun 1260 pada Konsili di Arles, para uskup menetapkan perayaan Trinitas mahakudus pada hari Minggu setelah Pentekosta bahkan pada canon VI dari konsili ini menetapkannya sebagai oktaf Pentekosta. Artinya pada Minggu, oktaf dari HR Pentekosta itulah dirayakan HR Trinitas mahakudus.

Oleh karena perayaan Trinitas mahakudus ini sudah tersebar luas bahkan diarayakan dengan semangat iman dan olah kesalehan yang tinggi di kalangan Gereja lokal dan di biara-biara, akhirnya pada tahun 1334, Paus Yohanes XXII, menganulir dekrit pendahulunya Paus Alexander II, dan beliau menerima perayaan Trinitas mahakudus sebagai pesta wajib bagi Gereja Latin. Maka dengan penetapan ini, perayaan Trinitas mahakudus diterima dalam Gereja semesta dan tersebar keseluruh dunia. Tanggal 24 Juli 1911, Paus Pius X melembagakannya sebagai perayaan kelas satu atau SOLEMNITAS, dan dirayakan pada Hari Minggu setelah HR Pentekosta, yaitu sebagai Hari Raya Trinitas Mahakudus.

Misteri Trinitas
Tentang misteri Trinitas itu sendiri dijabarkan oleh Katekismus Gereja Katolik (KGK) Sebagai berikut.
1. Tritunggal adalah Allah yang satu. ((Lihat KGK 253)) Pribadi ini tidak membagi-bagi ke-Allahan seolah masing-masing menjadi sepertiga, namun mereka adalah ‘sepenuhnya dan seluruhnya’. Bapa adalah yang sama seperti Putera, Putera yang sama seperti Bapa; dan Bapa dan Putera adalah yang sama seperti Roh Kudus, yaitu satu Allah dengan kodrat yang sama. Karena kesatuan ini, maka Bapa seluruhnya ada di dalam Putera, seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Putera seluruhnya ada di dalam Bapa, dan seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Roh Kudus ada seluruhnya di dalam Bapa, dan seluruhnya di dalam Putera.

2. Ketiga Pribadi ini berbeda secara real satu sama lain, yaitu di dalam hal hubungan asalnya: yaitu Allah Bapa yang ‘melahirkan’, Allah Putera yang dilahirkan, Roh Kudus yang dihembuskan. ((Lihat KGK 254))

3. Ketiga Pribadi ini berhubungan satu dengan yang lainnya. Perbedaan dalam hal asal tersebut tidak membagi kesatuan ilahi, namun malah menunjukkan hubungan timbal balik antar Pribadi Allah tersebut. Bapa dihubungkan dengan Putera, Putera dengan Bapa, dan Roh Kudus dihubungkan dengan keduanya. Hakekat mereka adalah satu, yaitu Allah. ((Lihat KGK 255))

Dalam rumusan kredo Nicea diformulasikan sebagai berikut;
Aku percaya akan satu Allah, Bapa yang mahakuasa, pencipta langit dan bumi, dan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan; dan akan satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang tunggal. Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar. Ia dilahirkan, bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa; segala sesuatu dijadikan oleh-Nya. Ia turun dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita. Ia dikandung dari Roh Kudus, Dilahirkan oleh Perawan Maria, dan menjadi manusia. Ia pun disalibkan untuk kita, waktu Pontius Pilatus; Ia menderita sampai wafat dan dimakamkan. Pada hari ketiga Ia bangkit menurut Kitab Suci. Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa. Ia akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup dan yang mati; kerajaan-Nya takkan berakhir. Aku percaya akan Roh Kudus, Ia Tuhan yang menghidupkan; Ia berasal dari Bapa dan Putra, yang serta Bapa dan Putra, disembah dan dimuliakan; Ia bersabda dengan perantaraan para nabi.

Aktualisasi
Semua orang Katolik dibaptis dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Melalui pembaptisan itu kita diangkat menjadi anak-anak Allah dan mendapat rahmat keselamatan. Maka merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus berarti mengingatkan dan menegaskan kembali identitas kita sebagai seorang Katolik dengan segala hak dan tanggung jawab kita; menjadi anak-anak Bapa yang satu yang telah ditebus oleh Kristus Yesus dan dihidupi oleh Roh Kudus membawa kabar keselamatan kepada semua orang dalam kata dan terutama perbuatan.
(Dari berbagai sumber)

Lihat Juga
Keluarga Katolik dan Ekaristi

Pesta Kerahiman Ilahi

Air; Nadi Kehidupan dan Alat Keselamatan Allah

Gereja Katolik Atengmelang; Buah Tekad Membaja

Terima kasih telah berkunjung, semoga bermanfaat!
Tuhan memberkati



Artikel Terbaru

Jangan lewatkan

Ibadat Lingkungan Katolik Terbaru 2022

Teks Panduan Ibadat Syukur Wisuda Katolik

Ibadat Sabda untuk Keluarga dan Lingkungan Umat Basis

Teks Panduan Ibadat Katolik untuk Peringatan 40 Hari Kematian

Lirik dan Teks Lagu Misa Persembahan Hidup Kami

Lagu Misa Katolik; Referensi Terbaik Lagu-Lagu Misa

Lagu Adven Fajar Telah Mulai Menyingsing SATB

Daftar Rekomendasi Lagu Misa Natal Terbaru

Ibadat Sabda Lingkungan Terbaru 2024

Kriteria, Tata Tertib dan Aspek Penilaian Lomba Baca Kitab Suci Katolik BKSN