Keluarga Katolik dan Ekaristi
Keluarga merupakan lingkungan teristismewa untuk mengalihkan iman, mulai dengan upaya-upaya sederhana pertama dari devosi yang ibu-ibu ajarkan kepada anak-anak mereka. (Paus Fransiskus)
Bahan Kursus Persiapan Perkawinan
Keluarga Katolik
Keluarga Katolik adalah unit terkecil dari Gereja Katolik yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga Katolik yang dimaksud di sini adalah ayah dan ibu yang telah dikukuhkan dalam Sakramen Perkawinan Katolik, beserta anak-anak mereka. Sebagai unit terkecil dari Gereja Katolik, setiap keluarga Katolik adalah Gereja mini/ Gereja rumah tangga/ ecclesia domestika. Sebagai Gereja mini, keluarga Katolik turut mengambil bagian dalam pelaksanaan tugas-tugas Gereja.
Gereja
Sebelum dibahas lebih lanjut, mari pahami lebih dahulu tentang Gereja. Gereja adalah persekutuan umat Allah, yakni persekutuan umat yang dipanggil Tuhan dan berkumpul bersama dari seluruh penjuru dunia melalui iman dan pembaptisan menjadi anak-anak Allah, anggota-anggota Tubuh Kristus dan kenisah Roh Kudus. Tuhan Allah sendiri yang menghendaki adanya Gereja dengan tujuan untuk menyelamatkan manusia. Persekutuan dalam Gereja bukan sekedar kelompok atau kumpulan orang-orang, tetapi semua anggota Gereja menjadi satu keluarga harmonis yang saling menghargai dan memperhatikan satu sama lain. Inilah arti Gereja yang utama kemudian dapat diikuti dengan pemahaman akan gereja sebagai lembaga (administratif), gereja sebagai perhimpunan ibadat, dan gereja sebagai rumah ibadat.
Setiap laki-laki dan perempuan Katolik yang sudah sepakat untuk secara bersama membentuk sebuah keluarga Katolik sebelum melangsungkan perkawinan mereka harus memahami peran dan tanggung jawab ini untuk dihayati dan dilaksakan dalam keluarga mereka. Bagaimana seorang ayah berperan bukan hanya sebagai kepala keluarga dalam urusan kelangsungan hidup keluarganya tetapi juga sebagi “iman” yang bertugas untuk menggembalakan, melayani dan mengajar anggota keluarga dalam iman Katolik yang benar. Demikian juga ibu sebagai ibu rumah tangga menjalankan perannya bersama suami bagi anak-anak yang akan dikaruniakan Tuhan bagi mereka.
Tugas-tugas Gereja
Di dalam Gereja Katolik terdapat berbagai macam kegiatan pelayanan. Aneka bentuk pelayanan itu dapat dikelompokkan dalam 4 fungsi pokok pelayanan atau tugas-tugas Gereja, yakni menguduskan (liturgia), melayani (diakonia), mewartakan (kerygma) dan membina persekutuan (koinonia). Tugas Gereja dalam bidang liturgia mencakup segala bentuk kegiatan ibadat kepada Tuhan yang dilakukan oleh umat baik secara bersama maupun pribadi, baik yang sakramen maupun yang bukan sakramen. Dalam bidang diakonia, Gereja menjalankan perannya untuk memberikan pelayanan kepada semua orang terutama yang membutuhkan perhatian. Sementara tugas dalam hal kerygma adalah segala bentuk pewartaan, pengajaran iman dan komunikasi iman untuk saling meguhkan, saling berbagi pengalaman iman demi mencapai satu pandangan iman yang sama. Sedangkan tugas Gereja dalam bidang koinonia adalah segala usaha untuk semakin mewujudkan dan mengukuhkan persaudaraan murid-murid Kristus melalui berbagai tindakan kasih untuk mencapai kesejahteraan bersama.
Dalam keempat bidang tugas Gereja ini, setiap keluarga Katolik memainkan peran yang vital. Keluarga menjadi tempat di mana dasar-dasar kehidupan iman yang mencakup keempat poin tugas Gereja di atas disemaikan, tumbuh dan berkembang dengan sehat kemudian berbuah dalam peran serta melaksanakan tugas-tugas tersebut. Dengan demikian tidak ada alasan yang pas ketika ada orangtua yang mengeluhkan minimnya peran serta umat (anak-anak, orang muda dan orang dewasa) dalam kegiatan-kegiatan Gereja baik liturgis maupun non liturgis.
Paus Fransiskus menegaskan bahwa keluarga merupakan lingkungan teristismewa untuk mengalihkan iman, mulai dengan upaya-upaya sederhana pertama dari devosi yang ibu-ibu ajarkan kepada anak-anak mereka. Lebih lanjut, Paus yang bernama babtis Jorge Mario Bergoglio ini menegaskan “Keluarga adalah tempat pertama di mana nilai-nilai dari cinta kasih dan persaudaraan, kebersamaan dan sikap saling berbagi, kepedulian dan perhatian untuk orang lain dihayati dan dialihkan”. Penegasan Paus Fransiskus ini kiranya menjadi inspirasi dan motivasi bagi keluarga-keluarga Katolik dalam membina keluarga masing-masing dalam kerangka tugas pelayanan Gereja. Untuk memberi motivasi, pemimpin Gereja Katolik sedunia ini mengatakan, “Tidak ada keluarga yang sempurna. Kita juga tidak punya orangtua yang sempurna, kita sendiri tidak sempurna, tidak menikah dengan orang yang sempurna dan tidak melahirkan anak-anak yang sempurna. Kita mempunyai keluhan satu sama lain. Oleh karena itu tidak ada pernikahan yang sehat atau keluarga yang sehat tanpa pengampunan”. Pengampunan datang dari sikap saling menerima dan saling memahami sebagai kunci kebahagiaan dalam keluarga.
Ekaristi dalam kehidupan keluarga Katolik
Mungkin boleh dikatakan bahwa tak ada Gereja Katolik tanpa keluarga Katolik. Keluarga-keluarga Katolik sebagai Gereja mini bersekutu membentuk Gereja yang lebih besar; Gereja Katolik. Demikian pula tak ada Gereja Katolik tanpa Ekaristi. Ekaristi merupakan sumber dan puncak kehidupan kristiani yang mana di dalamnya terdapat keluarga-keluarga Katolik. Dalam perayaan Ekaristi terletak puncak Karya Allah menguduskan dunia, dan puncak karya manusia memuliakan Bapa lewat Kristus Putra Allah, dalam Roh Kudus. Segala perayaan ibadat lainnya, juga pekerjaan sehari-hari dalam kehidupan kristen, berkaitan erat dengan perayaan Ekaristi: bersumber dari padanya dan tertuju kepadanya (PUMR 16).
Di dalam dan melalui Ekaristi, Yesus Kristus, Penyelamat manusia yang dipercayai Gereja Katolik dan disembah, sungguh hadir secara nyata dalam segala keberadaan Keallahan dan kemanusiaannya dan menjadi santapan kekuatan jiwa dan raga.
Keluarga Katolik harus menjadikan Ekaristi sebagai sumber dan puncak kehidupan keluarganya. Di dalam dan melalui Ekaristi, Yesus Kristus juga akan sungguh hadir di dalam keluarga-keluarga Katolik dan menjadi sumber yang memberi kekuatan dan keselamatan.
Sakramen
Mengapa keluarga-keluarga Katolik harus menjadikan Ekaristi sebagai sumber dan puncak kehidupan keluarganya? Untuk menjawabya ikuti dahulu pembahasan tentang sakramen. Sakramen dapat diartikan sebagai tanda atau sarana yang mendatangkan rahmat keselamatan Allah bagi manusia. Allah melakukan karya penyelamatan-Nya bagi manusia di dalam dan melalui Sakramen. Dengan menerima Sakramen, kita mendapatkan rahmat keselamatan itu. Sakramen menguduskan manusia, membangun Tubuh Kristus/ Gereja dan akhirnya mempersembahkan ibadat kepada Allah.
Kristus sebagai Sakramen Utama
Allah melaksanakan karya penyelamatan bagi manusia dalam diri Yesus Kristus. Melalui sabda dan tidakan-Nya yang berpuncak pada sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya, Yesus menyelamatkan manusia dari dosa dan penderitaan. Yesus adalah penyelamat umat manusia maka Yesus adalah Sakramen dan sebagai Sakramen, Ia adalah Sakramen yang utama.
Yesus sendiri yang menetapkan Sakramen-Sakramen dan dipercayakan kepada Gereja untuk menyalurkannya kapada manusia. Di dalam penerimaan Sakramen-Sakramen, Yesus sendirilah yang bertindak untuk menyelamatkan manusia. Namun rahmat keselamatan itu akan berdaya guna tergantung dari keyakinan orang yang menerimanya.
Gereja sebagai Sakramen dan 7 Sakramen Gereja Katolik
Gereja disebut sebagai Sakramen karena menyalurkan rahmat keselamatan Allah melalui Kristus kepada manusia. Dengan merayakan Sakramen, Gereja mengakui iman akan Yesus Kristus sebagai penyelamat seperti yang diwartakan oleh para Rasul.
Di dalam Gereja Katolik terdapat 7 sakramen yaitu; pembaptisan, Ekaristi Kudus, , penguatan, tobat, pengurapan orang sakit, imamat dan perkawinan. Ketujuh sakramen ini dikelompokkan menjadi; Sakramen - Sakramen inisiasi Kristen (pembaptisan Ekaristi Kudus dan penguatan/ Krisma), Sakramen-Sakramen penyembuhan (tobat dan pengurapan orang sakit) dan Sakramen-Sakramen pelayanan, persekutuan dan perutusan (imamat dan perkawinan).
Sakramen Babtis adalah sakramen yang menginisiasi seseorang menjadi anggora Gereja Katolik di mana ia diangkat menjadi anak Allah dengan meterai keselamatan, dibersihkan dari dosa asal dan dosa pribadi dan sebagai anggota Gereja Katolik ia diperkenankan menerima sakramen-sakramen lainnya. Melalui sakramen Ekaristi yang ditrima setelah itu, seseorang dipersatukan secara lebih erat dengan Kristus lalu medapat pencurahan Roh Kudus agar dimampukan dan dikuatkan untuk menjadi saksi Kristus melalui sakramen penguatan/ Krisma.
Sakramen Tobat adalah sakramen yang didalamnya Yesus dengan pengantaraan kuasa imam mengampuni dosa-dosa yang dibuat oleh orang yang sudah dibaptis. Sakramen Tobat disebut juga Sakramen Penebusan Dosa, Sakramen Rekonsiliasi dan Sakramen Pengampunan. Orang yang telah dibaptis tetap memiliki kecenderungan berbuat dosa yang membuatnya terpisah dari Yesus sehingga mereka memerlukan pertobatan untuk dapat kembali kepada-Nya. Pertobatan merupakan kewajiban terus-menerus bagi seluruh Gereja.
Sakramen Pengurapan Orang Sakit atau Sakramen Minyak Suci adalah Sakramen yang memberikan kekuatan kepada orang sakit dan mempersiapkan dia untuk perjalanan menuju rumah Bapa. Setiap orang sakit yang menerima Sakramen ini mendapatkan rahmat khusus yang mempersatukan mereka lebih erat dengan pribadi Kristus untuk kebaikannya dan untuk kebaikan seluruh Gereja. Sakramen ini memberikan penghiburan, kedamaian, keberanian, dan bahkan pengampunan dosa jika si sakit yang tidak mampu mengakukan dosanya.
Sakramen Imamat atau Sakramen Penahbisan adalah Sakramen untuk menahbiskan seseorang untuk tugas khusus dalam pelayanan Gereja. Melalui Sakramen ini perutusan yang dipercayakan Kristus kepada para Rasul-Nya terus dilaksankan dalam Gereja sampai akhir zaman. Dengan Upacara tahbisan Mereka yang ditahbiskan mendapat rahmat pengudusan khusus yang mengangkat mereka memasuki tingkatan Gerejawi tertentu. Rahmat itu memampukan mereka untuk melaksanakan kuasa suci atas nama dan dengan wewenang Kristus untuk pelayanan umat.
Sakramen Perkawinan/ Nikah adalah Sakramen yang mengukuhkan seorang laki-laki dan seorang perempuan bersatu dalam cinta kasih untuk membentuk suatu keluarga Kristen dengan pertolongan rahmat Tuhan.
Berekaristi; menikmati buah keselamatan
Sudah jelas bagi kita tentang sakramen dan perannya dalam karya penyelamatan Allah bagi manusia. Dari ketujuh sakramen Gereja Katolik itu mengapa Ekaristilah yang menjadi sumber dan puncak kehidupan kristiani? Telah dibahas di atas bahwa di dalam dan melalui Ekaristu, Yesus Kristus sungguh hadir dan bersatu dengan umat-Nya jiwa dan raga. Kecuali sakramen Tobat dan sakramen pengurapan orang sakit, sakramen-sakramen lain diterimakan dalam perayaan Ekaristi.
Yesus diutus Bapa untuk melaksanakan karya penebusan bagi umat manusia. Dalam Ekaristi itu terlaksana karya penebusan itu. Kurban Kristus di salib dihadirkan kembali dalam Ekaristi. Dengan menghadiri Ekaristi, kita turut hadir dalam pelaksanaan kurban salib Kristus, terlibat di dalamnya dan menikmati langsung buah-buah penebusan.
Komuni memperdalam persatuan kita dengan Yesus, hal ini berdasarkan atas perkataan Yesus, “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum Darah-Ku, ia tinggal dalam Aku dan Aku di dalam Dia” (KGK 1391). Yesus adalah Roti Hidup yang turun dari surga untuk memberikan kehidupan kekal bagi manusia. Roti hidup itu tersaji dalam Ekaristi. Orang yang menyambutnya dengan hati yang pantas dan bersih diberi rahmat kehidupan kekal. Komuni juga memisahkan kita dari dosa, karena dengan mempersatukan kita dengan Kristus kita sekaligus dibersihkan dari dosa yang telah kita lakukan dan melindungi kita dari dosa-dosa yang baru (KGK 1393).
Ekaristi membangun Gereja di dalam kesatuan. Oleh Ekaristi Kristus mempersatukan kita dengan semua umat beriman menjadi satu Tubuh, yaitu Gereja. Ekaristi memperkuat kesatuan dengan Gereja yang telah dimulai pada saat pembaptisan (KGK 1396). Kesatuan dengan Gereja ini mencakup Gereja yang masih berziarah di dunia, Gereja yang sudah jaya di Surga, dan Gereja yang masih dimurnikan di dalam Api Penyucian (lih. KGK 954).
Menghidupkan dan menghidupi Ekaristi dalam Keluarga
Setelah memahami tentan makna Ekaristi bagi kehidupan keluarga, tinggal begaimana setiap keluarga Katolik menghidupkan dan mengidupinya dalam keluarga masing-masing. Perintah Gereja berbunyi; Raya kanlah hari raya yang disamakan dengan hari minggu dan ikutilah perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan hari raya yang diwajibkan dan janganlah melakukan pekerjaan yang dilarang pada hari itu. Bersama seluruh anggota keluarga, hadirilah setiap Ekaristi hari Minggu. Berilah pemahaman bahwa Ekaristi adalah kebutuhan rohani dan jasmani dan bukan sebatas mengikuti rutinitas. Jelaskanlah tentang buah-buah keselamatan yang diperoleh dari Ekaristi dan buatlah mereka sungguh mengalami kehadiran Tuhan yang menyelamatkan. Tanamkan itu dalam diri anak-anak sejak mereka masih bayi bahkan sejak masih dalam kandungan.
Duduklah bersama saat menghadiri Ekaristi dan bimbinglah anak-anak untuk mengikuti seluruh proses perayaan dengan perhatian yang sewajarnya. Bila ada pertanyaan mereka seputar ekaristi, berikan jawaban yang proporsional. Jika pertanyaan itu sulit dijawab, berjanjilah akan dijawab suatu waktu dan tepati janji itu. Buatlah kebiasaan untuk menghormati hari minggu sebagai hari Tuhan secara konsisten sehingga meninggalkan kesan yang mendalam untuk mereka hayati sepanjang hidup.
Doronglah anak-anak untuk turut mengambil bagian dalam Ekaristi sebagai petugas liturgi. Bantu mereka mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Persiapkan mereka untuk dapat menerima sakramen-sakramen tepat pada waktunya bagi mereka untuk menerimanya karena tak ada orang lain yang lebih bertanggung jawab dalam hal ini selain orangtua sendiri.
Bila memungkinkan, hadirlah juga dalam Ekaristi harian dan tidak terkecuali biasakan kehidupan doa dalam keluarga setiap hari terutama saat bangun tidur pagi atau hendak tidur malam dan saat makan. Berdoalah bersama-sama sambil membimbing mereka untuk bisa berdoa sendiri. Tanamkan dalam hati dan budi mereka bahwa dalam apa pun peristiwa hidup entah suka atau duka, baik untuk maupun malang, Tuhan ada di sana. Berdoalah selalu mohon bimbingan Tuhan, dalam keberhasilan, suka dan kebahagiaan bersyukurlah, dalam kegagalan, duka dan kesedihan mohonlah kekuatan Tuhan.
Sekali-kali terutama dalam memaknai perintiwa hidup tertentu, undanglah imam untuk mengadakan Ekaristi di rumah. (kennyaprilio)