Mengenal, memahami dan menghayati Ekaristi

Ekaristi; Sakramen Mahakudus. Tubuh Tuhan dalam rupa roti. Oh santapan rejeki umat Allah yang berziarah menuju surga. Para kudus serta para malaikat menghaturkan bakti penuh hormat. Yesus Kunjungi kami tiap hari menghidangkan Tubuh dan Darah-Nya. Yesus Kunjungi kami tiap hari menghidangkan Tubuh dan Darah-Nya (Syukur Kepada Bapa No. 143 ayat 1).
Dapatkan partitur lagunya DI SINI

Syair lagu ini kiranya dapat mengantar kita untuk mengenal dan memahami misteri mahaluhur sekaligus rahmat mahaagung dari Ekaristi. Bahan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagai katekese bagi umat tentang Ekaristi di Kelompok Umat Basis dan kelompok-kelompok kategorial. Di dalam  yang diramu dari berbagai sumber ini disajikan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan Ekaristi; yaitu arti Ekaristi sendiri, tata perayaan Ekaristi yang dilengkapi dengan penjelasannya, tata gerak liturgi, musik liturgi, tahun liturgi dan warna liturgi.

Arti Ekaristi

Perayaan Ekaristi adalah kurban pujian dan syukur kepada Allah Bapa, di mana Gereja menyatakan terima kasihnya kepada Allah Bapa untuk segala kebaikan-Nya di dalam segala sesuatu: untuk penciptaan, penebusan oleh Kristus, dan pengudusan. Kurban pujian ini dinaikkan oleh Gereja kepada Bapa melalui Kristus: oleh Kristus, bersama Dia dan untuk diterima di dalam Dia. (KGK 1359-1361). Ekaristi berasal dari kata ‘eucharistein‘ yang artinya ucapan terima kasih kepada Allah (KGK 1328).
Dalam perayaan Ekaristi terletak puncak Karya Allah menguduskan dunia, dan puncak karya manusia memuliakan Bapa lewat Kristus Putra Allah, dalam Roh Kudus. Kecuali itu, perayaan Ekaristi merupakan pengenangan misteri penebusan sepanjang tahun. Dengan demikian, boleh dikatakan misteri penebusan tersebut dihadirkan untuk umat. Segala perayaan ibadat lainnya, juga pekerjaan sehari-hari dalam kehidupan kristen, berkaitan erat dengan perayaan Ekaristi: bersumber dari padanya dan tertuju kepadanya (PUMR 16).

Kristus sungguh hadir secara riil dan substansial dalam Ekaristi

Gereja Katolik sejak awal mula meyakini dan selalu mengajarkan bahwa Yesus Kristus sungguh hadir, secara riil/ nyata dan substansial, di dalam Ekaristi, yaitu Tubuh, Darah, Jiwa dan ke-Allahan-Nya di dalam rupa roti dan anggur (KGK 1374). Pada saat imam selesai mengucapkan doa konsekrasi – “Inilah Tubuh-Ku” dan “Inilah darah-Ku”, Tuhan secara ajaib mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah-Nya. Kejadian ini disebut sebagai “transubstansiasi“, yang mengakibatkan substansi dari roti dan anggur berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus (lih. KGK 1376). Jadi yang tinggal hanyalah rupa roti dan anggur, tetapi substansi roti dan anggur sudah lenyap, digantikan dengan kehadiran Yesus.

Yesus hadir seutuhnya di dalam roti itu, bahkan sampai di partikel yang terkecil dan di dalam setiap tetes anggur. Pemecahan roti bukan berarti pemecahan Kristus, sebab kehadiran Kristus utuh, tak berubah dan tak berkurang di dalam setiap partikel. Dengan demikian kita dapat menerima Kristus di dalam rupa roti saja, atau anggur saja, atau kedua bersama-sama (lih. KGK 1390). Dalam setiap hal ini, kita menerima Yesus yang utuh di dalam sakramen.

Karena Yesus sungguh-sungguh hadir di dalam Ekaristi, maka kita memberi hormat di depan tabernakel, kita berlutut dan menundukkan diri sebagai tanda penyembahan kepada Tuhan. Itulah sebabnya Gereja memperlakukan Hosti Kudus dengan hormat, dan melakukan prosesi untuk menghormati Hosti suci yang disebut Sakramen Maha Kudus, dan mengadakan adorasi di hadapan-Nya dengan meriah (lih. KGK 1378).
Kehadiran Kristus di dalam Ekaristi bermula pada waktu konsekrasi dan berlangsung selama rupa roti dan anggur masih ada (KGK 1377), maksudnya pada saat roti dan anggur itu dicerna di dalam tubuh kita dan sudah tidak lagi berbentuk roti, maka itu sudah bukan Yesus. Jadi kira-kira Yesus bertahan dalam diri kita [dalam rupa hosti] selama 15 menit. Sudah selayaknya kita menggunakan waktu itu untuk berdoa menyembah-Nya, karena untuk sesaat itu kita sungguh-sungguh menjadi tabernakel Allah yang hidup!

Kristus sendiri yang mengundang kita untuk menyambut Dia dalam Ekaristi (KGK 1384), dan karena itu kita harus mempersiapkan diri untuk saat yang agung dan kudus ini, dengan melakukan pemeriksaan batin. Karena Ekaristi itu sungguh-sungguh Allah, maka kita tidak boleh menyambutNya dalam keadaan berdosa berat. Untuk menyambut-Nya dengan layak kita harus berada dalam keadaan berdamai dengan Allah. Jika kita sedang dalam keadaan berdosa berat, kita harus menerima pengampunan melalui Sakramen Tobat sebelum kita dapat menyambut Komuni Kudus (KGK 1385).

Rahmat Ekaristi/ Komuni

Hadir dalam perayaan Ekaristi dan menyambut Tubuh Tuhan atau komuni mendatangkan rahmat berupa buah-biah Enaristi. Komuni memperdalam persatuan kita dengan Yesus, hal ini berdasarkan atas perkataan Yesus, “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum Darah-Ku, ia tinggal dalam Aku dan Aku di dalam Dia” (KGK 1391). Komuni juga memisahkan kita dari dosa, karena dengan mempersatukan kita dengan Kristus kita sekaligus dibersihkan dari dosa yang telah kita lakukan dan melindungi kita dari dosa-dosa yang baru (KGK 1393).

Ekaristi membangun Gereja di dalam kesatuan. Oleh Ekaristi Kristus mempersatukan kita dengan semua umat beriman menjadi satu Tubuh, yaitu Gereja. Ekaristi memperkuat kesatuan dengan Gereja yang telah dimulai pada saat pembaptisan (KGK 1396). Kesatuan dengan Gereja ini mencakup Gereja yang masih berziarah di dunia, Gereja yang sudah jaya di Surga, dan Gereja yang masih dimurnikan di dalam Api Penyucia (lih. KGK 954)

Ekaristi juga mewajibkan kita berbela rasa terhadap kaum miskin, sebab dengan bersatu dengan Kristus dalam Ekaristi, kita juga mengakui Kristus yang hadir di dalam orang-orang termiskin yang juga menjadi saudara-saudara-Nya (KGK 1397), yang di dalam Dia, menjadi saudara-saudara kita juga.
Dan Ekaristi mendorong kita kepada persatuan umat beriman, sebab Ekaristi, menurut perkataan Santo Agustinus adalah ‘sakramen kasih sayang, tanda kesatuan dan ikatan cinta,’ (KGK 1398) yang seharusnya secara penuh dialami bersama oleh semua orang yang beriman di dalam Kristus.

Tata Perayaan Ekaristi

Perayaan Ekaristi atau Misa kudus terdiri dari 4 bagian yang masing-masing bagian terdiri dari sub-sub bagian sebagaimana tersebut di bawah ini :

Persiapan
Ritus Pembuka (Berdiri)
Perarakan masuk
Tanda Salib
Salam
Pengantar
Tobat
Tuhan kasihanilah
Madah kemuliaan
Doa pembuka
Liturgi Sabda
Bacaan I (Duduk)
Mazmur tanggapan (Duduk)
Bacaan II (Duduk)
Bait pengantar Injil (Berdiri)
Injil (Berdiri)
Homili (Duduk)
Syahadat (Berdiri)
Doa umat (Berdiri)
Liturgi Ekaristi
Persiapan persembahan (Duduk)
Pengunjukan persembahan (Berdiri)
Doa persiapan persembahan (Berdiri)
Dialog pembuka dan prefasi (Berdiri)
Kudus (Berdiri)
Doa Syukur Agung (Berlutut)
Bapa kami dan embolisme (Berdiri)
Doa damai (Berdiri)
Pemecahan Hosti (Berdiri/berlutut)
Komuni/ penerimaan Tubuh Kristus
Antifon Komuni dan doa sesudah Komuni
Ritus Penutup
Pengumuman (Duduk)
Amanat pengutusan (Berdiri)
Berkat (Berdiri)
Pengutusan (Berdiri)
Perarakan keluar (Berdiri)

Bagian 1 : RITUS PEMBUKA

Ritus Pembuka bertujuan mempersatukan umat yang berkumpul dan mempersiapkan umat untuk mendengarkan sabda Allah dan merayakan Ekaristi dengan layak. Sepanjang ritus pembuka ini, seluruh umat dan imam serta para petugas liturgi berdiri. Ritus pembuka terdiri atas beberapa bagian, yaitu:

Perarakan masuk :
Perarakan untuk membuka misa, mengantar umat bersatu untuk masuk misteri iman sesuai dengan masa liturgi, mengiringi perarakan imam beserta pembantunya.

Pendupaan & Penghormatan Altar :
Imam (mewakili umat) menghormati altar dengan mencium altar.
Pendupaan diadakan untuk hari-hari besar / hari khusus. Imam mengisi dupa dan memberkati dengan membuat tanda salib. Pendupaan itu untuk penghormatan pada Sakramen Mahakudus, reliqui salib/patung Tuhan, bahan persembahan, Kitab Injil, lilin paskah, imam dan jemaat.

Tanda Salib :
Imam mulai Perayaan Ekaristi dengan membuat tanda salib “Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus" . Umat membuat tanda salib dan menjawab “Amin”.

Salam :
Imam menyampaikan salam dengan mengatakan “Tuhan sertamu/ Tuhan bersamamu” dan umat menjawab “ Dan sertamu juga/ dan bersama rohmu”. Dengan ungkapan salam ini menyatakan bahwa Tuhan hadir di tengah-tengah umat yang berhimpun untuk merayakan Ekaristi.

Pengantar :
Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu.

Tobat :
Umat menyampaikan penyesalan dan pertobatan atas dosa dan kesalahan pada Tuhan dan sesama. Ada beberapa rumusan pernyataan tobat, salah satunya “Saya mengaku kepada Allah yang Maha Kuasa...” dan kemudian imam memberikan ABSOLUSI / PENGAMPUNAN dengan meng-atakan “Semoga Allah yang Mahakuas mengasihani kita, mengampuni dosa kita dan menghantar kita ke hidup yang kekal” yang dijawab umat dengan “amin”. Absolusi / Pengampunan ini tidak memiliki kuasa yang sama dengan pengampunan pada Sakramen Tobat.

Tuhan Kasihanilah (Kyrie) :
Seruan / litani untuk mohon belas kasih Tuhan, yang diteladankan dua orang buta yang disembuhkan Yesus (lih Mat 9:27).

Madah Kemuliaan (Gloria) :
Madah untuk memuji dan memuliakan Allah Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus.

Doa Pembuka :
Diawali dengan waktu hening untuk menyadari kehadiran Tuhan, mengungkapan permohonan kita dalam hati, kemudian Imam menggabungkan seluruh doa dengan ujud doa pada misa tersebut.

Bagian 2 : LITURGI SABDA

Liturgi Sabda terbagi menjadi 2 struktur, yaitu Allah yang bersabda dan Umat yang menanggapi. Liturgi Sabda merupakan dialog perjumpaan antara Allah yang bersabda dan umat yang menanggapi.

Bacaan Pertama (duduk) :
Bacaan Pertama diambil dari Kitab Suci Perjanjian Lama. Bacaan pertama ada hubungannya dengan Injil hari pada hari yang besangkutan; tujuannya memberi latar belakang sehingga menambah pengertian/ pemahaman sejarah keselamatan Allah yang dimulai dari perjanjian lama dan berpuncak pada Yesus yang diwartakan dalam Injil.

Mazmur Tanggapan (duduk) :
Merupakan tanggapan umat atas Sabda Allah yang baru diwartakan. Biasanya dinyanyikan yang diilhami oleh Allah sendiri karena diambil dari Kitab Mazmur dan umat menyanyikan dibagian refren.

Bacaan Kedua (duduk) –Hanya untuk Hari Minggu dan hari raya:
Bacaan Kedua biasanya diambil dari tulisan / surat di perjanjian baru, misalnya salah satu surat Rasul Paulus dll. Bacaan kedua mewartakan iman akan Yesus menurut konteks Gereja Perdana. Bacaan kedua bertujuan mem-persiapkan umat pada puncak perayaan sabda yakni Injil.

Alleluya / Bait Pengantar Injil (berdiri) :
Tujuan untuk mempersiapkan umat untuk mendengarkan bacaan Injil, umat menyanyikan “ALLELUYA” artinya Terpujilah Tuhan, yang mengingatkan pujian atas Tuhan yang bangkit/ Paskah. Semua umat berdiri sebagai ungkapan hormat pada Sabda Allah.

Injil (berdiri) :
Merupakan puncak Liturgi Sabda. Gereja percaya bahwa Kristus "hadir dalam sabda-Nya, karena Ia sendirilah yang bersabda ketika Kitab Suci dibacakan di gereja". Oleh karena itu, bacaan injil mempunyai beberapa keistimewaan :
Dibacakan oleh imam / diakon dan umat berdiri.
Injil dihormati dengan pendupaan (untuk hari raya/ pesta).

Sebelum bacaan injil ada dialog antara imam & umat : "Tuhan sertamu” dan umat menjawab “Dan sertamu juga”.
Kemudian Imam berkata, "Inilah Injil Yesus Kristus menurut (Lukas / Matius / Markus /Yohanes)” dan umat menjawab “Dimuliakanlah Tuhan”, sambil membuat TANDA SALIB di kening, bibir dan hati dengan ibu jarinya, kita bisa ungkapkan dalam hati “SabdaMu, ya Tuhan kami pikirkan dan renungkan (tanda salib dikening), kami wartakan (tanda salib dimulut), dan kami resapkan dalam hati (tanda salib didada/hati).

Homili (duduk) :
Homili dimaksudkan untuk mewartakan dan mendalami sabda Allah / misteri iman yang bertolak dari bacaan / tema yang baru dibacakan, dengan bahasa / situasi umat yang dihadapi saat ini sehingga dapat memperteguh iman umat.

Syahadat–Doa Aku Percaya (berdiri) :
Syahadat merupakan pernyataan iman seluruh umat, sekaligus meng-AMIN-kan bacaan dan homili yang telah kita dengarkan sebelumnya. Karena itu hendaknya syahadat diucapkan dengan penuh hormat, terutama ketika sampai pada bagian dimana ungkapan iman akan misteri inkarnasi dinyatakan; "Yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh perawan Maria dan menjadi manusia", hendaknya menundukkan kepala atau pada Hari Raya Natal berlutut.

Doa Umat (berdiri) :
Doa Umat adalah doa seluruh umat beriman bukan hanya untuk kepenting diri sendiri dan kelompok, melainkan doa untuk seluruh Gereja semesta. Biasanya doa umat mencakup: doa bagi Gereja, negara dan pemimpin masyarakat, bagi orang-orang dengan kepentingan khusus dan bagi kepentingan umat paroki. Jika di beri waktu hening, kita pun dapat mendoakan doa kita dalam hati. Di tiap doa umat menjawab “Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan."
Biasanya doa dibuka & ditutup oleh imam / prodiakon, kemudian tiap doa didoakan oleh lector/pembaca.

Bagian 3 : LITURGI EKARISTI

Liturgi Ekaristi ini adalah pusat Perayaan Ekaristi di mana misteri karya penyelamatan Yesus Kristus dihadirkan. Liturgi Ekaristi ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu :

Persiapan Persembahan (duduk) :
Kolekte
Persembahan umat diwujudkan dalam KOLEKTE (pengumpulan uang). Kolekte bukan bertujuan untuk membebani umat / memperkaya gereja / memperkaya imam. Kolekte adalah bentuk partisipasi umat bukan hanya untuk keperluan roti dan anggur yang akan diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus, tapi yang lebih utama adalah UNGKAPAN SYUKUR atas kebaikan Allah. Uang hasil kolekte dipakai untuk berbagai keperluan gereja dan kepedulian kita terhadap orang miskin. Selama kantong kolekte diedarkan, Imam mempersiapkan altar, mendoakan persembahan yang ada di altar agar pantas diterima Tuhan, Imam berdoa agar diriNya pantas untuk mempersembahkan Tubuh dan Darah Kristus sambilmembasuh tangan tanda penyucian.

Doa Persiapan Persembahan
Selanjutnya Imam mengajak umat untuk berdoa “Semoga persembahan ini diterima demi kemuliaan Tuhan dan keselematan kita serta seluruh umat yang kudus” dan umat menjawab "Amin” atas Doa Persiapan Persembahan dan berlutut / berdiri untuk mengikuti Doa Syukur Agung.

Doa Syukur Agung (berlutut).
Doa Syukur Agung (disingkat DSA) adalah puncak perayaan Misa dan inti iman kita. DSA merupakan suatu doa syukur dan pengudusan. Bagian-bagian yang paling penting dalam Doa Syukur Agung ialah:

Prefasi (berdiri) :
Prefasi adalah doa yang mengiringi kurban, sebagai bentuk ucapan syukur atas seluruh karya penyelamatan Allah. Imam mengawali dengan "Tuhan bersamamu." Dan dijawab “Dan sertamu juga” Lalu Imam mengajak untuk lebih fokus / mengarahkan hati kita seluruhnya kepada misteri iman : “Marilah mengarahkan hati kepada Tuhan”, umat menjawab “Sudah kami arahkan”. Kemudian Imam mengundang umat untuk bersyukur kepada Tuhan “Marilah bersyukur kepada Tuhan Allah kita”, umat menjawab : "Sudah kami arahkan."
Sesudah dialog, imam melanjutkan dengan doa intinya pujian syukur dan memuji karya agung Allah yang menyelamatkan manusia.

Menyanyikan / menyerukan KUDUS (berdiri) :
Lagu atau seruan Kudus menyatakan betapa luar biasanya Allah kita "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan, Allah segala kuasa, surga dan bumi penuh kemuliaan-Mu."

Mendoakan Doa Syukur Agung (berlutut).
Dalam TPE ada 10 jenis Doa Syukur Agung dan dipilih salah satu sesuai dengan tema perayaan. Doa Syukur Agung diucapkan oleh imam saja. Bagian-bagian dari Doa Syukur Agung:
Diawali doa permohonan agar Roh Kudus menguduskan roti dan anggur.
Bagian terpenting : kisah institusi dan konsekrasi, yaitu perubahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus secara transsubstansial. Kisah ini mengutip ucapan dan tindakan Yesus pada Perjamuan Terakhir yaitu "Terimalah dan makanlah. Inilah TubuhKu yang diserahkan bagimu" dan "Terimalah dan minumlah. Inilah piala darahKu, darah perjanjian baru dan kekal yang ditumpahkan bagimu dan semua orang demi pengampunan dosa. Lakukanlah ini untuk mengenangkan Aku." Di situ Kristus mempersembahkan Tubuh dan Darah-Nya dalam rupa roti dan anggur, dan memberikannya kepada para rasul untuk dimakan dan diminum, Kalimat "Lakukanlah ini untuk mengenangkan Aku", yang menjadi dasar terselenggaranya Perayaan Ekaristi hingga saat ini.
Setelah konsekrasi diucapkan/dinyanyikan anamnesis, menyatakan tiga misteri iman Kristen: kematian Kristus, kebangkitan Kristus dan kedatangan-Nya kembali.
Dilanjutkan dengan doa dengan ujud khusus: bagi arwah, para orang kudus, pimpinan gereja mulai Paus, Uskup, Imam hingga umat biasa. Ini kelebihan orang Katolik dibandingkan orang Kristen lain, yaitu Gereja Katolik selalu mendoakan para leluhur yang sudah meninggal agar mendapatkan pengampunan dosa & kehidupan kekal.

Doa Syukur Agung ditutup dengan Doksologi, yaitu pujian kepada Allah. Imam mengangkat piala dan hosti sambil mengucapkan "Dengan pengantaraan Kristus, bersama Dia dan dalam Dia, bagi-Mu, Allah Bapa yang mahakuasa, dalam persekutuan dengan Roh Kudus, segala hormat dan kemuliaan sepanjang segala masa" dan umat berkata "Amin".

Bapa Kami (berdiri)
Kita mempersiapkan diri untuk makan dan minum di meja perjamuan Tuhan dengan kata-kata yang diajarkan oleh Yesus "Berilah kami rejeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami.

Doa Damai (berdiri)
Sebelum menerima komuni, Imam mengajak umat berjabat tangan kepada umat di sekeliling kita sebagai tanda damai dan cinta kasih.Komuni (dari bahasa Latin 'communio' = persekutuan) adalah sumber rekonsiliasi serta persekutuan kita dengan Tuhan dan dengan seluruh umat.

Pemecahan Roti diiringi Anak Domba Allah (berdiri/ berlutut)
Imam memecahkan Hosti diiringi dengan lagu Anak Domba Allah. Pemecahan roti menandakan bahwa umat beriman yang banyak itu menjadi satu (1 Kor 10:17) karena menyambut komuni dari roti yang satu, yakni Kristus sendiri, yang wafat dan bangkit demi keselamatan dunia. Demi keserasian maka ketika  Anak Domba Allah dinyanyikan, umat berdiri sementara apabila didaraskan, umat berlutut>

Komuni
Ada beberapa ritual pada bagian komuni ini :
Komuni diawali dengan Imam mengangkat tinggi Hosti dan piala Anggur yang telah dikonsekrasikan sambil mengucapkan "Inilah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Berbahagialah kita yang diundang ke perjamuannya" dan umat menjawab "Ya Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang pada saya, tapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh", kemudian Imam berkata "Tubuh dan Darah Kristus", dan ditanggapi oleh umat dengan berkata "Amin". Kalimat ini mengutip kalimat tanda iman dari perwira kapernaum yang memohon penyembuhan dari Yesus (lihat Mat 8:8). Iman ini pula yang kita teladani, dengan menerima Tubuh Kristus, kita pun disembuhkan!
Imam menerima komuninya, kemudian memberikannya prodiakon, putra altar, putri sakristi dan kemudian kepada umat lainnya.

Umat dapat menerima komuni dalam satu rupa atau dua rupa dalam kesempatan khusus. Ajaran iman Gereja Katolik mengajarkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara satu rupa (hanya menerima Hosti) maupun dua rupa (menerima Hosti dan Anggur).
Pembagi komuni akan mengucapkan "Tubuh Kristus" dan penerima komuni menjawab "Amin" dengan sikap hormat.
Setelah umat menerima komuni, umat kembali ke tempat duduk dan berdoa secara pribadi. Isi doa pribadi dapat berupa ucapan syukur & memuji Tuhan karena Tuhan hadir dan tinggal dalam hidup kita, permohonan agar dengan kehadiran Tuhan, kita semakin diberi kekuatan dan dibimbing terang Roh Kudus. (Lihat Buku Puji Syukur no 211)

Doa Sesudah Komuni (berlutut)
Untuk menyempurnakan permohonan umat Allah, dan sekaligus menutup seluruh ritus komuni, imam memanjatkan doa sesudah komuni. Dalam doa ini imam mohon, agar misteri yang sudah dirayakan itu menghasilkan buah.

Bagian 4 : RITUS PENUTUP

Pengumuman (duduk).
Berkat & Pengutusan (berlutut).
Imam memberi berkat dengan menyerukan Tritunggal Mahakudus sambil memberi berkat- Bapa, Putera dan Roh Kudus - kita membuat tanda salib. Kemudian imam mengakhiri Misa dengan berkata: "Marilah pergi! Kita diutus" dan kita jawaban liturgi, "Amin".

Perutusan merupakan konsekuensi dari seluruh perayaan. Setelah mendengarkan firman Tuhan, mengamininya,kitapun dipanggil untuk mewartakannya melalui hidup sehari-hari.

Perarakan (berdiri).
Seluruh umat memberi hormat kepada altar. Imam dan para pelayan meninggalkan ruang altar.

Tata Gerak Liturgi

Tanda Salib
Tanda Salib adalah membuat gerakan tangan menunjuk dahi sendiri, dada, bahu kiri dan bahu kanan sambil mengucapkan doa tanda salib. Salib adalah tanda kemenangan Kristus yang membawa keselamatan bagi kita. Dengan membuat tanda salib kita menghormati kurban salib Kristus, menghormati Tritunggal Mahakudus sebagai pokok iman kita dan mengingat janji baptis kita.

Berdiri menandakan sikap hormat dan kesiap-siagaan kita.

Berjalan menandakan peziarahan umat manusia menuju Bapa sebagai tujuan akhir hidup manusia.

Berlutut menunjukkan sikap kerendahan hati dan sembah sujut pada Tuhan.

Menebah dada sebagai tanda penyesalan dan tobat yang mendalam atas dosa.

Membungkuk sebagai tanda penghormatan.

Menundukkan kepala adalah tanda hormat, bakti dan ketaatan.

Mengatupkan tangan menandakan sikap setia kepada Tuhan.

Duduk sebagai tanda kesiapan mendengarkan Sabda Tuhan.

Musik Liturgi

Musik Liturgi adalah musik yang digunakan untuk ibadat / liturgi dan mempunyai kedudukan yang integral dalam ibadat, serta mengabdi pada kepentingan ibadat. Dalam Sacrosanctum Concilium (SC) art. 112 dikatakan: “Musik Liturgi semakin suci, bila semakin erat berhubungan dengan upacara ibadat, entah dengan mengungkapkan doa-doa secara lebih mengena..., entah dengan memupuk kesatuan hati, entah dengan memperkaya upacara suci dengan kemeriahan yang lebih semarak.”

Musik / nyanyian liturgi mengabdi pada partisipasi umat dalam ibadat, seperti yang diuraikan dalam SC art. 114: “Khazanah musik liturgi hendaknya dilestarikan dan dikembangkan secermat mungkin. … Para uskup dan para gembala jiwa lainnya hendaknya berusaha dengan tekun, supaya pada setiap upacara liturgi yang dinyanyikan segenap jemaat beriman dapat ikut serta secara aktif dengan membawakan bagian yang diperuntukkan bagi mereka.”
Kriteria-kriteria nyanyian liturgi yang seharusnya menjadi perhatian adalah; 
Syairnya harus sesuai dengan ajaran Katolik, lebih baik kalau diambil dari Kitab Suci dan sumber-sumber liturgi;Harus merupakan ungkapan doa yang indah.Musiknya harus mempunyai kualitas tinggi.Lagu dan musik harus mendorong partisipasi aktif orang-orang yang hadir dalam perayaan liturgi,Harus mengungkapkan kekayaan budaya umat Allah dan ciri khas perayaan yang sakral dan agung.

Musik liturgi memiliki fungsi dan kedudukan yang jelas dalam ibadat, misalnya :

Nyanyian Pembuka, 
Tujuan dari nyanyian pembuka adalah membuka misa, membina kesatuan umat yang berhimpun, mengantar masuk ke dalam misteri masa liturgi atau pesta yang dirayakan, dan mengiringi perarakan imam beserta pembantu-pembantunya (Pedoman Umum Misale Romawi baru / PUMR no. 47-48).
Nyanyian pembuka dapat menjadi jembatan yang menghantar umat yang sudah datang berhimpun untuk beribadat dari dunia kepada Tuhan. Dengan bernyanyi bersama, kita menjadi satu umat Kristus secara lahiriah; mengalami kebersamaan, mengalami adanya pemersatu yaitu Kristus sendiri. Karena itu nyanyian pembuka itu PENTING yang pelaksanaannya dinyayikan bersama antara koor dan umat.

Nyanyian Tuhan Kasihanilah Kami,
Lagu Tuhan Kasihanilah kami adalah lagu yang sifatnya berseru kepada Tuhan dan memohon belaskasihannya. Teks liturgi yang resmi adalah: (1) seruan “Tuhan kasihanilah kami” dibawakan oleh imam / solis dan diulang satu kali oleh umat, (2) seruan “Kristus kasihanilah kami” dibawakan oleh imam / solis dan diulang satu kali oleh umat, (3) seruan “Tuhan kasihanilah kami” dibawakan oleh imam / solis dan diulang satu kali oleh umat (PUMR no. 52).

Nyayian ini tidak begitu penting dalam arti tidak harus dinyanyikan tetapi didaraskan saja karena sifatnya untuk menandai pernyataan tobat yang telah diungkapkan sebelumnya. Lagu ini sebaiknya jangan terlalu panjang.

Madah Kemuliaan,
Madah Kemuliaan adalah madah yang sangat dihormati dari zaman Kristen kuno. Lewat madah ini Gereja yang berkumpul atas dorongan Roh Kudus memuji Allah Bapa dan Anak domba Allah, serta memohon belas kasihan-Nya.
Rumusan resmi madah kemuliaan tersebut adalah :
Kemuliaan kepada Allah di surga.
Dan damai di bumi kepada orang yang berkenan pada-Nya.
Kami memuji Dikau, Kami meluhurkan Dikau.
Kami menyembah Dikau, Kami memuliakan Dikau.
Kami bersyukur kepada-Mu, kar'na kemuliaan-Mu yang besar.
Ya Tuhan Allah, Raja surgawi, Allah Bapa yang Mahakuasa.
Ya Tuhan Yesus Kristus, Putra yang tunggal.
Ya Tuhan Allah, Anak domba, Allah Putra Bapa.
Engkau yang menghapus dosa dunia, kasihanilah kami.
Engkau yang menghapus dosa dunia, kabulkanlah doa kami.
Engkau yang duduk di sisi Bapa, kasihanilah kami.
Kar'na hanya Engkaulah Kudus. Hanya Engkaulah Tuhan.
Hanya Engkaulah mahatinggi, ya Yesus Kristus,
bersama dengan Roh Kudus dalam kemuliaan Allah Bapa. Amin.
Teks madah ini tidak boleh diganti dengan teks lain, juga tidak boleh ditambahi atau dikurangi, atau ditafsirkan dengan gagasan yang lain (PUMR no. 53). Nyanyian kemuliaan dimaksudkan sebagai ungkapan terima kasih atas penebusan Kristus, bersyukur atas kehadiran Tuhan dan belas kasihnya bagi kita yang telah kita mohon melalui pernyataan tobat. Ungkapan syukur ini ditujukan kepada Yesus Kristus bersama Allah Bapa dan Roh Kudus.
Pada masa Adven, Prapaskah dan dalam misa Arwah, madah kemuliaan ditiadakan. Demikian pula dalam misa harian dapat ditiadakan atau diucapkan saja. Sedangkan pada hari raya dapat dinyanyikan sendiri oleh koor tanpa harus melibatkan umat.

Nyanyian Mazmur Tanggapan 
Nyanyian Mazmur Tanggapan merupakan unsur pokok dalam Liturgi Sabda. Mazmur Tanggapan memiliki makna liturgis serta pastoral yang penting karena menopang permenungan atas Sabda Allah (Bacaan I dari Kitab Suci Perjanjian Lama). Mazmur Tanggapan biasanya diambil dari buku Bacaan Misa (Lectionarium), para petugas / pemazmur biasanya menggunakan buku resmi “Mazmur Tanggapan dan Alleluya Tahun ABC”.

Karena Mazmur Tanggapan adalah unsur pokok dalam Liturgi Sabda maka penting untuk dinyayikan terutama pada hari Minggu dan hari raya.

Nyanyian Ayat Pengantar Injil / Alleluya,
Dengan aklamasi Ayat Pengantar Injil ini jemaat beriman menyambut dan menyapa Tuhan yang siap bersabda kepada mereka dalam Injil, dan sekaligus menyatakan iman (PUMR no. 62). Pada masa Prapaskah, ayat pengantar Injil tidak menggu-nakan rumusan Alleluya.

Nyanyian Aku Percaya (fakultatif, maksudnya boleh tidak dinyanyikan):
Nyanyian/ pendarasan Aku Percaya dimaksudkan agar seluruh umat yang berhimpun dapat menanggapi sabda Allah yang dimaklumkan dari Alkitab dan dijelaskan dalam homili. Dengan melafalkan kebenaran-kebenaran iman lewat rumus yang disahkan untuk penggunaan liturgis, umat mengingat kembali dan mengakui pokok-pokok misteri iman sebelum mereka merayakannya dalam Liturgi Ekaristi. Oleh karenanya tidak diperbolehkan menggantinya dengan teks lain (PUMR no. 67-68)

“Syahadat dilagukan atau didaras oleh imam bersama-sama dengan umat (bdk.no.68) sambil berdiri. Pada kata-kata “Ia dikandung dari Roh Kudus-menjadi manusia” seluruh umat membungkuk khidmat; tetapi pada hari Raya Kabar Sukacita dan pada Hari Raya Natal semua berlutut” (PUMR no. 137).

Nyanyian Persiapan Persembahan, 
Tujuan dari Nyanyian Persiapan Persembahan adalah untuk mengiringi perarakan persembahan, maka digunakan nyanyian dengan tema persembahan. Kalau tidak ada perarakan persembahan, tidak perlu ada nyanyian (PUMR no. 74).

Nyanyian Kudus 
Nyanyian Kudus adalah nyanyian partisipasi umat dalam Doa Syukur Agung maka nyanyian ini penting. Nyanyian Kudus harus diambil dari buku teks resmi (TPE) (PUMR no. 78 b).
Kudus, kudus, kuduslah Tuhan, Allah segala kuasa. Surga dan bumi penuh kemuliaan-Mu.
Terpujilah Engkau di surga. Diberkatilah yang datang dalam nama Tuhan. Terpujilah Engkau di surga.

Nyanyian Bapa Kami, 
Melalui Nyayian Bapa Kami, kita mohon rezeki sehari-hari (roti Ekaristi), mohon pengampunan dosa, supaya anugerah kudus itu diberikan kepada umat yang kudus. Teks Bapa Kami harus diambil dari buku teks misa resmi (TPE) bukan dari teks yang asal-asalan atau teks liar (PUMR no. 85).
Namun nyanyian ini tidak begitu penting sehingga dapat diucapkan saja atau cukup dinyanyikan dengan lagu yang sederhana asal sungguh dihayati.

Nyanyian Anak Domba Allah,
Tujuannya adalah untuk mengiringi pemecahan roti dengan teks misa resmi sbb: “Anak domba Allah yang menghapus dosa dunia, kasihanilah kami (2 X). Anak domba Allah yang menghapus dosa dunia, berilah kami damai.” (PUMR no. 83).

Nyanyian Komuni,  
Tujuan dari lagu Komuni adalah : (1) agar umat secara batin bersatu dalam komuni juga menyatakan persatuannya secara lahiriah dalam nyanyian bersama, (2) menunjukkan kegembiraan hati, dan (3) menggarisbawahi corak “jemaat” dari perarakan komuni. Maka lagu komuni harus bertemakan komuni / Tubuh dan Darah Kristus, tidak boleh menyanyikan lagu untuk orang kudus / Maria, Tanah Air, panggilan – pengutusan, atau yang lain (PUMR no. 86).

Nyanyian Madah Pujian sesudah Komuni, 
Dimaksudkan sebagai ungkapan syukur atas santapan yang diterima yaitu Tubuh (dan Darah) Kristus sebagai keselamatan kekal bagi manusia (PUMR no. 88).

Nyanyian Penutup,
Nyanyian Penutup bertujuan untuk mengantar imam dan para pembantu-pembantunya meninggalkan altar dan menuju ke sakristi.

Tahun Liturgi dan Warna Liturgi

Tahun Liturgi
Gereja Katolik memiliki kalender tersendiri yang mengatur perayaan, pesta, peringatan para orang kudus, dan hari biasa, selama 1 tahun. Dalam kalender tersebut diatur bacaan-bacaan Kitab Suci yang dibacakan dalam Ekaristi harian dan hari Minggu.
Awal tahun liturgi dimulai pada Hari Minggu Adven I [akhir November – awal Desember], yang menantikan kedatangan Tuhan Yesus yang pertama. Akhir tahun liturgi jatuh pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam [akhir November], yang merayakan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya, yakni pada akhir zaman. Sepanjang tahun liturgi, Gereja menghadirkan seluruh misteri keselamatan Allah yang terlaksana dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Puncak Tahun Liturgi adalah Misteri Paskah Tuhan yang dirayakan selama Trihari Paskah yang puncaknya pada Malam Paskah.

Tahun Liturgi terbagi dalam 3 masa [Masa Khusus, Masa Biasa dan Pesta atau peringatan orang kudus]. Masa Khusus terdiri dari: lingkaran Natal [masa Adven dan masa Natal] dan lingkaran Paskah [masa Prapaskah dan masa Paskah]. Masa Biasa terdiri dari 34 pekan biasa yang puncaknya pada hari Minggu. Pesta peringatan orang kudus merupakan kebiasaan Gereja untuk menghormati orang-orang suci, dan untuk memuliakan dan menghormati Tuhan.

Gereja membagi lingkaran Tahun Liturgi dalam 3 kategori; Tahun A, Tahun B dan Tahun C. Cara menentukan Tahun A, B, C adalah dengan membagi tahun bersangkutan dengan angka 3! Jika hasil pembagiannya bersisa satu maka tahun bersangkutan adalah tahun A; bersisa dua berarti  Tahun B; dan jika tahun bersangkutan habis dibagi 3 berarti tahun C. Pembagian itu dibuat berdasarkan Injil yang dibacakan pada Misa Hari Minggu. Dalam Tahun A, dibacakan Injil Matius, Tahun B : Injil Markus dan Tahun C : Injil Lukas. Injil Yohanes diselipkan dalam ketiga tahun tersebut berdasarkan misteri iman yang dirayakan.

Untuk Bacaan misa harian diatur dalam tahun ganjil/genap [tahun I / tahun II]. Yang membedakannya hanya bacaan pertama, sedangkan bacaan Injilnya sama.
Pesta-pesta Yesus disusun menurut urutan historis, memberi kita kesempatan untuk menghayati kembali peristiwa-peristiwa besar dari hidup-Nya melalui sikap doa dan meditasi. Yesus adalah PENEBUS sejak inkarnasi-Nya. Maka dari itu, kita merayakan dan mengalami kuasa penebusan-Nya dalam setiap peristiwa yang disajikan tahun liturgi Gereja kepada kita.
Dengan memasukkan peristiwa-peristiwa ke dalam perayaan liturgis, Gereja membantu menghantar kuasa penebusan Kristus SECARA SAKRAMENTAL kepada kita. Apa yang dulu pernah dilakukan Yesus dalam pelayanan historis-Nya, sekarang Ia lakukan (sebagai Tuhan yang bangkit, melalui Roh Kudus) dalam misteri-misteri liturgi.

Warna Liturgi
Warna-warna Liturgi adalah salah satu bentuk simbol atau lambang yang digunakan di dalam ibadah Gereja Katolik. Fungsi warna dalam liturgi adalah sebagai tanda peristiwa gerejawi.  Warna ini dapat digunakan pada aksesoris pakaian liturgi imam, stola ataupun taplak altar.

Warna Hijau (digunakan pada Masa Biasa)
Pada umumnya, warna hijau dipandang sebagai warna yang tenang, menyegarkan, melegakan, dan memberi suasana pengharapan sehingga dipandang sebagai warna kontemplatif dan tenang.

Warna Ungu (digunakan pada Adven, Prapaskah, Pada saat misa requiem atau misa arwah)
Warna ungu merupakan simbol bagi kebijaksanaan, keseimbangan, sikap berhati-hati, dan mawas diri yang erat kaitannya dengan pertobatan.

Warna Putih/kuning (digunakan pada Natal, Kamis Putih, Paskah, Minggu Trinitas, Kristus Raja, Baptisan, komuni I Penahbisan, Peneguhan, Pernikahan)
Warna putih dikaitkan dengan makna kehidupan baru, sebagaimana dalam liturgi baptisan si baptisan baru biasa mengenakan pakaian putih. Warna ini umumnya dipandang sebagai simbol kemurnian, ketidaksalahan, terang yang tak terpadamkan dan kebenaran mutlak. Warna putih juga melambangkan kemurnian mutlak, kejayaan yang penuh kemenangan, dan kemuliaan abadi.

Warna Merah (Minggu Palem, Jumat Agung,Pentakosta, Hari Raya Para Martir, misa Krisma)
Warna merah merupakan warna api dan darah. Maka, warna merah ini amat dihubungkan dengan penumpahan darah para martir sebagai saksi-saksi iman, sebagaimana Tuhan Yesus Kristus sendiri menumpahkan darah-Nya bagi kehidupan dunia.

Terima kasih telah berkunjung, semoga bermanfaat!
Salam Damai Sejahtra
Tuhan memberkati.
Kenny Aprilio


Artikel Terbaru

Jangan lewatkan

Ibadat Lingkungan Katolik Terbaru 2022

Teks Panduan Ibadat Syukur Wisuda Katolik

Ibadat Sabda untuk Keluarga dan Lingkungan Umat Basis

Teks Panduan Ibadat Katolik untuk Peringatan 40 Hari Kematian

Lirik dan Teks Lagu Misa Persembahan Hidup Kami

Lagu Misa Katolik; Referensi Terbaik Lagu-Lagu Misa

Lagu Adven Fajar Telah Mulai Menyingsing SATB

Daftar Rekomendasi Lagu Misa Natal Terbaru

Ibadat Sabda Lingkungan Terbaru 2024

Kriteria, Tata Tertib dan Aspek Penilaian Lomba Baca Kitab Suci Katolik BKSN