Misa di Kampung Leluhur, Menapaktilasi Perjalanan Iman Katolik Paroki Bukapiting
Pastor Paroki St. Yakobus Rasul Sidongkomang; RD. Alfons Nara Hokon berrencana mengadakan Misa Hari Minggu di kampung lama dalam dua atau tiga minggu kedepan. Rencana tersebut telah disampaikannya beberapa kali dan ditegaskan kembali pada Minggu (23/6) saat Misa Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus.
Sebagian umat pusat paroki biasanya pergi ke kampung lama di gunung pada musim libur sekolah Juni-Juli mengambil hasil komuditi seperti kemiri yang akan dijual untuk urusan pendidikan anak-anak. Atas pertimbangan itu Pastor Paroki meniadakan semua kegiatan di paroki termasuk pelayanan Sakramen selama 2 bulan tersebut untuk memberi kesempatan kepada umat yang akan ke gunung.
"Selama bulan Juni-Juli tidak ada pelayanan Sakramen kecuali Minyak Suci dan kematian", kata Rm. Alfons. Lebih lanjut Iman asal Flores Timur tersebut menegaskan; "Silahkan anda pergi ke gunung dan saya juga akan pergi untuk misa di sana".
Mengenai tempat dan waktunya akan ditentukan setelah ia melakukan peninjauan ke lokasi dalam pekan ini dan berbicara dengan Dewan Pastoral Paroki (DPP).
"Kamu mempunyai hasil yang banyak di gunung, apakah kamu berdoa saat mau mengambilnya atau bersyukur saat mendapatkan hasilnya? Biar saya pergi Misa supaya kamu nantinya tahu bersyukur". Jelas Pastor Paroki Sayora ketiga ini memberi alasan.
Gereja Katolik Sidongkomang, Paroki Bukapiting bercikal-bakal dari kampung lama tersebut. Di sana; di Maumang, Manegeng, Atoita benih iman itu ditanam, tumbuh dan berkembang hingga menjadi sebuah paroki.
Berdasarkan data dari salinan Buku Induk Paroki Yesus Gembala yang Baik Kalabahi di Paroki Sayora, pelayanan Sakramen Babtis pertama dilaksanakan di Atoita pada tanggal 1 Oktober 1949 oleh Pastor Petrus Konijn, SVD dengan mempermandikan 18 orang. Pelayanan dikukan sampai tanggal 4 Oktober dengan perincian; tanggal 2 : orang, tanggal 3 : 14 orang dan tanggal 4 : 11 orang. Pelayanan berikutnya terjadi dari tanggal 31 Maret 1950 sampai 3 April 1950 dimana tercatat sebanyak 127 orang yang dibaptis.
Dua tahun sebelumnya, yakni pada 21 November 1947 dibaptislah 3 orang asal Manegeng dan Susuimang di Kalabahi atas nama Yosef Langko, Samuel Kamauko dan Martinus Malko.
Lihat juga :
Gereja Katolik Atengmelang; Buah Tekad Membaja
Profil Paroki St. Yakobus Rasuk Bukapiting Alor
Pelayanan Sakramen Baptis itu tentunya tidak terjadi begitu saja tanpa proses yang mendahuluinya. Dikisahkan bahwa benih iman Katolik dibawa oleh Laurensius Langwo dan Salmon Malley Asalang dari tanah rantau Makassar, Sulawesi Selatan. Benih itu tidak langsung ditanam karena orang-orang sekampung telah memeluk agama Protestan yang membuat keduanya takut. Walau belum ditanam namun tetap tersimpan rapi dan dijalani secara pribadi/ dalam keluarga.
Peribadatan Katolik secara terbuka dilaksanakan pada suatu hari Minggu sekitar tahun 1941 di Atoita. Keputusan untuk melakukan ibadat itu diambil dalam pertemuan para orang tua yang dilaksanaka di Maumang diprakarsai oleh kepala kampung Atoita; Aleksander Onlet.
Peran Aleksander yang akrab disapa Maisak/ Maitamuk dari Kampung Manasamang ini berproses dari petunjuk-petunjuk yang ia dapat dari mimpi bahwa ada seseorang di Maumang yang baru pulang dari rantauan itu membawa sesuatu yang baik yang harus kamu ikuti.
Maitamuk dalam otoritasnya sebagai Tamukung Atoita memberi pengaruh besar bagi banyak orang terutama keluarganya menjadi Katolik walau harus beralih keyakinan dari Protestan.
Dalam waktu singkat warga beberapa kampung secara serentak menjadi Katolik, yakni; Maumang, Manegeng, Susuimang dan kampun-kampung satelit Atoita; Manasamang, Sumang, Saimang dan Lawamaita.
Ibadat hari Minggu di Atoita terus dilanjutkan sambil diupayakan tempat yang cocok untuk pendirian rumah ibadat.
Rumah ibadat pertama didirikan di Waimi beberapa waktu setelah itu dan disusul lagi dengan sebuah rumah ibadat lainnya di Molpui pada tahun 1961.
Sebelum bermukim di dataran Bukapiting pada tahun 1975, kawanan ini sempat bermukim di Toigawa, Apui sejak akhir dekade 1960an.
Rencana diadakannya Misa Kudus di kampung lama ini menjadi momen untuk menapaktilasi tumbuh kembangnya iman Katolik dan memberi penghormatan bagi para perintis dan pejuang iman.
Artikel lainnya :
Berziarah ke Gua Maria Dingsinang
Progran Seksi Pewartaan dan Kitab Suci
Terima kasih telah berkunjung, semoga bermanfaat.
Tuhan memberkati