Pro Kontra Perayaan Tritunggal Mahakudus

hari raya tritunggal mahakudus
Sekilas tentang Hari Raya Tritunggal Mahakudus Gereja Katolik


“Terpujilah Tritunggal Maha Kudus,

Terpuji keesaan yang tak terbagi”

 

Sepenggal kalimat ini pasti tidak asing bagi umat Katolik. Itu adalah potongan lirik lagu yang sudah menjadi “lagu wajib” lagu pembukaan Misa Hari Raya Tritunggal Mahakudus dalam Gereja Katolik.

 

Partitur lagunya bisa diunduh pada link di bawah:

·         Terpujilah Tritunggal

 

Lihat juga lagu Misa lainnya:

·         Lagu Misa Katolik; Referensi terbaik lagu-lagu Misa

·         10 lagu Misa Tuhan Kasihanilah Kami sesuai TPE Baru 2020

·         Daftar lagu Misa Hari Raya Pentakosta

 

Gereja Katolik merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus pada hari Minggu setelah Hari Raya Pentakosta. Walaupun saat ini sudah menjadi perayaan resmi Gereja namun pada awal kemunculannya mendapat tanggapan pro dan kontra. Praktek merayakan penghormatan khusus kepada Trinitas Mahakudus ini sempat mendapat penentangan bahkan dilarang oleh seorang Paus. Sapakan paus itu dan bagaimana kisahnya?

 

Iman kepada Allah Tritunggal Mahakudus; Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus adalah pokok iman Gereja Katolik. Dasar kepercayaan itu dinyatakan sendiri oleh Yesus Kristus, Pendiri Gereja. Dalam Injil sudah dinyatakan tentang hal itu dan sejak Gereja Perdana sudah ada penghayatan dan penghormatannya. Rumusan iman kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus, sudah ada dalam doa dan liturgi orang kristen sejak awal, seperti doa Tanda Salib, doa Kemuliaan dan ungkapan mengakhiri doa dengan seruan kepada Allah Trinitas. Iman kepada Allah Tritunggal Mahakudus bahkan secara implisit sudah ada sejak Perjanjian Lama.

 

Dogma atau ajaran resmi Gereja Katolik tentang Iman kepada Allah Tritunggal Mahakudus ditetapkan pada Konsili Nicea (325) – Constantinopel (380) yang memunculkan rumusan syahadat yang kita kenal dengan credo Nicea.

 

Lalu sejak kapan Gereja mulai melakukan penghormatan secara khusus kepada Allah Tritunggal Mahakudus dalam perayaan yang khusus pula? Bagaimana awal mulanya? Bagaimana perkembangannya? Mengapa praktik itu ditentang bahkan dilarang?

 

Lihat juga:

·         Panduan Ibadat Sabda Hari Raya Pentakosta

·         Panduan Misa Pernikahan Katolik Sesuai TPE Baru

·         Panduan Doa Rosario Kelompok Umat Basis

 

Diketahui bahwa praktik penghormatan khusus kepada Allah Tritunggal Mahakudus itu baru mulai muncul pada abad VIII. Pada mulanya seorang biarawan dan pemikir dari Inggris bernama Albinus (Alquin/ Ealhwine), dengan semangat liturgi suci membuat suatu rumusan liturgi misa votif untuk menghormati misteri Allah Trinitas Mahakudus. Ketika rumusan misa votif ini diajukan kepada Uskup Bonifasius (Sekarang Santu Bonifasius), sang uskup menyetujuinya lalu mulai dipakai di gereja di mana Albinus berkarya. Secara perlahan rumusan Misa votif ini tersebar secara luas sampai di Jerman. Gereja Jerman menerima rumusan Misa votif itu dalam Konsili Seligenstadt, tahun 1022. Sejak itu, perayaan ini pun mulai diterima dan dilaksanakan di berbagai gereja lokal waktu itu.

 

Ketika praktik keagamaan ini terdengar oleh Paus Alexander II (menjadi Paus tahun 1061-1073), ia tidak menerimanya dan melarang, dengan alasan bahwa tidak perlu ada perayaan khusus untuk menghormati Allah Trinitas Mahakudus karena setiap hari dan setiap saat kita sudah menyerukan penghormatan kita kepada Allah Trinitas yang mahakudus dengan mengucapkan : Gloria Patri, et Filio, et Spiritui Sancto (Kemuliaan kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus), dan/atau dengan formula lain yang sangat agung sebagai tanda hormat dan sembah bakti kita kepada misteri Trinitas yang tersuci (bdk. De feriis. Cap. Quoniam. Dekrit yg keliru dari Paus Alexander II).

 

Walaupun sudah dilarang oleh Paus Alexander II namun perayaan penghormatan kepada Allah Trinitas Mahakudus seolah tidak terbendung dan terus tersebar semakin luas. Di Inggris, pelembagaan perayaan misteri Trinitas ini dimotori oleh Thomas Becket (kemudian menjadi martir), Uskup Agung Canterbury pada tahun 1162. Saat itu Gereja Inggris masih dalam kesatuan dengan Gereja Katolik Roma, belum menjadi Gereja Anglikan.

 

Di Prancis, pada tahun 1260 pada Konsili di Arles, para uskup menetapkan perayaan Trinitas Mahakudus dilaksanakan pada hari Minggu setelah Pentekosta dan menetapkannya sebagai oktaf Pentakosta dalam kanon VI dari konsili tersebut.

 

Oleh karena perayaan Trinitas mahakudus ini sudah tersebar luas bahkan diarayakan dengan semangat iman dan olah kesalehan yang tinggi di kalangan Gereja lokal dan di biara-biara, akhirnya pada tahun 1334, Paus Yohanes XXII, menganulir dekrit pendahulunya Paus Alexander II, dan beliau menerima perayaan Trinitas mahakudus sebagai pesta wajib bagi Gereja Latin.

 

Selanjutnya pada tanggal 24 Juli 1911, Paus Pius X melembagakan Perayaan ini sebagai perayaan kelas satu atau SOLEMNITAS, dan dirayakan pada Hari Minggu setelah Hari Raya Pentekosta.

 

Mengapa Hari Raya Tritunggal Mahakudus ditempatkan pada hari Minggu setelah Hari Raya Pentakosta?

 

Pentakosta adalah hari turunnya Roh Kudus kepada para rasul. Roh Kudus itu dijanjikan oleh Yesus Sendiri, “tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yohanes 14, 26).

 

Tepat seperti yang dikatakan Yesus, setelah mendapatkan pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta itu, teringatlah para Rasul akan semua yang telah diajarkan oleh Yesus dan mereka termotivasi akan perintah Yesus sebelum Ia terangkat ke surga : “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”. (Matius 28, 19-20).

 

Sabda pamungkas Sang Guru inilah yang menjadi dasar iman dan penghormatan Gereja Kepada Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus; Allah yang esa, Allah Tritunggal Mahakudus yang didalam nama-Nya kita dipermandikan. Baptislah mereka bukan hanya dalam nama-Ku tetapi dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.

 

Peristiwa Pentakosta mengingatkan para Rasul akan amanat agung itu dan melaksanakannya dengan gagah perkasa. Maka setelah peristiwa mulia itulah misteri Tritunggal Mahakudus ditempatkan untuk dihormati dalam perayaan meriah.

 

Demikian, semoga bermanfaat.

 

Terima kasih atas kunjungannya. Tuhan memberkati.

 

Klik juga label dibawah untuk mendapatkan berbagai artikel menarik lainnya dan berbagai koleksi lagu-lagu Misa serta doa-doa Katolik.



Artikel Terbaru

Jangan lewatkan

Ibadat Lingkungan Katolik Terbaru 2022

Teks Panduan Ibadat Syukur Wisuda Katolik

Ibadat Sabda untuk Keluarga dan Lingkungan Umat Basis

Teks Panduan Ibadat Katolik untuk Peringatan 40 Hari Kematian

Lirik dan Teks Lagu Misa Persembahan Hidup Kami

Lagu Misa Katolik; Referensi Terbaik Lagu-Lagu Misa

Lagu Adven Fajar Telah Mulai Menyingsing SATB

Daftar Rekomendasi Lagu Misa Natal Terbaru

Ibadat Sabda Lingkungan Terbaru 2024

Kriteria, Tata Tertib dan Aspek Penilaian Lomba Baca Kitab Suci Katolik BKSN