Covid-19, Paskah dan Imanku; Sebuah Permenungan

Renungan Paskah tahun 2020
Foto: Ilustrasi

Dari Vatikan sampai di mana-mana, di “seantero” bumi ini
Pintu-pintu gereja dikunci untuk perayaan Pekan Suci
Semua karena Corona Virus

Tak ada lagi nyanyian Hosana dari “anak-anak Ibrani”
Tak pula ada sorak-sorai khalayak dengan lambaian palma di tangan
Tidak ada lagi kini

Tiada lagi ada simbolisasi kasih sentimental dalam upacara pembasuhan kaki di hari kamis kasih nan putih
Tak pula ada jadwal berjaga-jaga bersama menemani Tuhan dalam sakratul maut-Nya dalam ritual adorasi di depan sakramen Mahakudus
Tidak ada lagi kini

Dan pada jam penghabisan dari pemberian diri Tuhan nan total
Di hari Jumat yang agung itu
Tak ada lagi sujud telut mengucupi Sang Penebus dosa
Tidak ada lagi kini

Nyala lilin Paskah yang membelah kegelapan malam
Melintas sepi tanpa ada sambutan Deo Gratias umat dengan lilin kecil di tangan
Exultate nan agung pun mungkin mengalun bagai tanpa jiwa

Dari Vatikan sampai di mana-mana, di “seantero” bumi ini
Ritual Pekan Suci dari kenestapaan salib sampai kegemilangan kebangkitan ditiadakan
Semua karena Corona Virus

Ritual itu ternyata tinggal ritual
Kalau pekik Hosana dan lambaian palma di tangan belum cukup tuk mengantarmu menjemput Dia yang datang dalam nama Tuhan

Kalau pembasuhan kaki dan adorasi belum cukup membawamu menyelami pengorbanan diri Sang Yesus
Kalau Jalan Salib dan pengucupannya belum cukup menuntunmu berjalan dalam kehendak-Nya

Kalau Lilin Paskah dan eksultet bahkan pembaptisan belum cukup membimbingmu hidup dalam terang-Nya
Pabila kau terus bertakhta di atas egomu
Memaksa Tuhan menuruti kemauanmu yang kau hambur dalam doa-doamu
Merasionalisasi seruan Gereja dan kotbah para pelayannya
Mengabai panggilan lonceng Gereja untuk beribadat
Ritual itu hanya akan tinggal ritual

Kini engkau dipaksa menemukan Tuhan
Dalam ruang kesendirianmu
Tanpa gempita puja-puji
Tetapi pada kesenyapan batin yang hakiki
Pada kesunyian yang bermakna

Dari Vatikan sampai di mana-mana, di “seantero” bumi ini
Iman akan Tuhan sedang “dipugar” untuk diletakkan pada tempatnya yang sebenarnya
Semua karena Corona Virus

Iman itu ternyata juga rapuh walau kau bilang hidup dan matimu dalam tangan Tuhan

Saat sebelumnya gereja yang hanya dikunjungi seminggu sekali pun sepi
Tempat-tempat duduknya berdebu

Kehadiran bersama di ruang gereja yang sebelumnya mungkin hanya kebiasaan belaka
Dan kini kau tak dibebaskan untuk masuk dan bersujud bakti di dalamnya

Tuhan yang mungkin hanya dibutuhkan saat Paskah kini diambil pula
Gereja yang ramai dengan jemaat yang biasanya tampak pasrah ber-Tuhan di saat begini
Terkunci rapat lengang melompong

Pulanglah! Pintu tak akan dibuka
Pulanglah pada dirimu sendiri
Temukan Tuhanmu di sana dan perbaharui imanmu padanya
Tutuplah pintu kamarmu, minyaki rambutmu dan sujudlah berdoa dalam kesendirianmu
Dia ada di sana; di dalam kerapuhan dan keputusasaan
Di dalam kelemahan dan wabah penyakit

Pulanglah! Pintu tak akan dibuka
Pulanglah pada keluargamu
Pugarlah bangunan Gereja rumahtanggamu
Dengan pola kehidupan kristiani Katolik yang kau abai selama ini
Biarlah semuanya ada tetap ada dalam rangkulan Tuhan dan Gereja-Nya.

Sidongkomang, 1 April 2020




Terima kasih telah berkunjung, Tuhan memberkati.


Artikel Terbaru

Jangan lewatkan

Ibadat Lingkungan Katolik Terbaru 2022

Teks Panduan Ibadat Syukur Wisuda Katolik

Ibadat Sabda untuk Keluarga dan Lingkungan Umat Basis

Teks Panduan Ibadat Katolik untuk Peringatan 40 Hari Kematian

Lirik dan Teks Lagu Misa Persembahan Hidup Kami

Lagu Misa Katolik; Referensi Terbaik Lagu-Lagu Misa

Lagu Adven Fajar Telah Mulai Menyingsing SATB

Daftar Rekomendasi Lagu Misa Natal Terbaru

Ibadat Sabda Lingkungan Terbaru 2024

Kriteria, Tata Tertib dan Aspek Penilaian Lomba Baca Kitab Suci Katolik BKSN