Wejangan Paus Fransiskus untuk Keluarga Katolik; Lihatlah ke Depan
Wejangan Paus Fransiskus kepada Keluarga Katolik dalam Pertemuan Keluarga Katolik Sedunia. Foto: Spaziani |
KennyAprilio.Blogspot.Com Di Vatikan pada tanggal 25 Juni 2022 telah diadakan Pertemuan Keluarga Sedunia (World Meeting of Families) yang berpuncak pada Perayaan Ekaristi di Lapangan Santu Petrus. Paus Fransiskus dalam homilinya pada perayaan Misa menyampaikan wejangan-wejangan penuh makna untuk keluarga-keluarga Katolik yang pada intinya mengajak keluarga-keluarga Katolik untuk senantiasa memandang ke masa depan daripada sibuk menoleh ke belakang. Berikut ini ringkasannya yang kami sadur dari Catholic News Services liputan dari Junno Arocho Esteves.
Dalam homilinya Paus Fransiskus menyatakan bahwa keluarga-keluarga Katolik dipanggil untuk memulai perjalanan cinta dan pelayanan karena hal itulah yang akan membawa mereka pada sukacita dan harapan untuk masa depan. Bapa Suci memberikan penegasan atas penyataanya itu bahwa dalam pernikahan dan kehidupan keluarga, mereka yang mengikuti panggilan Yesus akan melihat bahwa Dia, Yesus, selalu mendahului kita dalam hal kasih dan pelayanan oleh karena itu mereka yang mengikuti Dia tidak akan kecewa.
Kunjungi kennyaprilio.blogspot.com untuk mendapatkan berbagai doa Katolik dan panduan Ibadat Sabda Lingkungan serta teks lagu-lagu Misa
“Keluarga-keluarga terkasih, Anda, juga, telah diminta untuk tidak memiliki prioritas lain, untuk tidak ‘melihat ke belakang,’ untuk merindukan kehidupan Anda sebelumnya, kebebasan Anda sebelumnya, dengan ilusi-ilusinya yang menipu. Hidup menjadi 'difosilkan' ketika tidak ada keterbukaan terhadap kebaruan panggilan Tuhan tetapi selalu terpaku akan masa lalu,” katanya.
Lebih lanjut, Paus asal Argentina ini menegaskan bahwa orang-orang di zaman kita sangat menghargai kebebasan bahkan kebebasan itu telah menjadi “salah satu cita-cita dan tujuan kita” namun kata Sri Paus banyak orang tidak memiliki inti dari kebebasan itu, yaitu kebebasan batin.
“Kita semua dilahirkan dengan berbagai bentuk kondisi yang mempengaruhi baik interior maupun eksterior, dan terutama dengan kecenderungan mementingkan diri sendiri, menjadikan diri kita pusat dari segalanya dan hanya mementingkan kepentingan kita sendiri,”
Dalam konteks keluarga, Paus Gereja Katolik yang ke-265 itu menegaskan, orang-orang Kristen tidak dipanggil untuk menjadi “'planet-planet' atau 'satelit', yang masing-masing bergerak dalam orbitnya sendiri” tetapi sebaliknya dipanggil untuk menjadi “tempat perjumpaan, saling berbagi, keluar dari diri kita sendiri untuk menyambut orang lain dan berdiri di sisi mereka.”
“Keluarga adalah tempat pertama di mana kita belajar untuk mencintai,”
ujarnya sembari melanjutkan, “Janganlah kita membiarkan keluarga diracuni oleh racun egoisme, individualisme, ketidakpedulian dan pemborosan.” Ia memberi alasan bahwa berbagai racun akan membawa akibat keluarga kehilangan DNA-nya sendiri, yaitu semangat penerimaan dan pelayanan.”
Bapa Suci mendasari permenungannya ini dari Surat St. Paulus kepada Jemaat Galatia, di mana sang rasul mendesak orang-orang Kristen untuk tidak menggunakan kebebasan mereka “untuk memuaskan keinginan daging; sebaliknya, untuk melayani satu sama lain dengan kasih.”
Paus berpartisipasi dalam Misa yang diadakan di Lapangan Santo Petrus tetapi tidak dapat memimpin liturgi karena masih berkutat dengan masalah pada lututnya. Kardinal AS Kevin J. Farrell, prefek Dikasteri untuk Awam, Keluarga dan Kehidupan yang menjadi selebran di dalam Misa tersebut.
Sebelum mengakhiri Misa, Kardinal Farrell mengumumkan bahwa “Yobel Keluarga” akan dirayakan di Roma selama Tahun Suci 2025. Ia juga menyampaikan bahwa jadwal Pertemuan Keluarga Sedunia berikutnya akan diadakan pada tahun 2028 sambil mengajak semua yang hadir untuk mulai saat ini, berdoa agar momentum tersebut menjadi peristiwa rahmat besar yang menyentuh hati ribuan keluarga Katolik.
Bapa Suci Fransiskus sendiri tiba di Lapangan Santo Petrus bersama beberapa anak yang turut menumpang dia atas mobil kepausan dan bersama mereka berkeliling untuk menyapa keluarga-keluarga dan para peziarah.
Kembali ke wejangan Sri Paus, yang kini terinspirasi dari kisah pengurapan Elisa oleh Elia dari bacaan pertama Misa itu, Paus Fransiskus mengatakan bahwa kisah pengurapan tersebut mengandung nilai regenerasi" yang mencerminkan bagaimana orangtua "mewariskan kesaksian” kepada anak-anak.”
Sri Paus menjelaskan, Elia pada saat itu mendapati dirinya berada dalam “saat krisis dan ketakutan akan masa depan,” di mana sama seperti banyak orang tua yang “takut bahwa anak-anak tidak akan dapat menemukan jalan mereka di tengah kompleksitas dan ambigutas masyarakat kita.”
“Orang tua yang terkasih, jika Anda membantu anak-anak Anda untuk menemukan dan menerima panggilan mereka, Anda akan melihat bahwa mereka juga akan 'dicengkeram' oleh misi tersebut; dan mereka akan menemukan kekuatan yang mereka butuhkan untuk menghadapi dan mengatasi kesulitan hidup,” tegasnya.
Sementara dengan merefleksikan Injil hari itu dari St Lukas, yang mengetengahkan kisah tentang Yesus ditolak oleh orang Samaria dalam perjalanannya menuju ke kematiannya di Yerusalem, Paus dengan nama baptis Jorge Mario Bergoglio ini menegaskan bahwa kisah Injil tersebut adalah pelajaran yang kuat bagi keluarga, terutama pasangan menikah yang dipanggil untuk mengalami “perkawinan dan kehidupan keluarga sebagai sebagai sebuah perutusan.”
“Ada saat-saat dalam keluarga ketika kita harus menghadapi perlawanan, pertentangan, penolakan, dan kesalahpahaman yang lahir dari hati manusia tetapi kasih karunia Kristus, mengubahnya menjadi penerimaan orang lain dengan kasih yang cuma-cuma.”
Untuk itu Paus yang terpilih pada 13 Maret 2013 menggantikan Paus Benediktus XVI itu mendorong keluarga untuk mengambil panggilan mereka “dengan keyakinan baru” dan mendesak mereka untuk memastikan cinta yang mereka bagikan “selalu terbuka, diarahkan ke luar, mampu 'menyentuh' yang lemah dan terluka, baik yang lemah secara fisi maupun yang lemah dalam roh, dan semua yang kamu temui di sepanjang jalan.”
Pada akhir homilinya, Paus Fransiskus mendesak kepada keluarga-keluarga Katolik untuk menyadari bahwa mereka penting bagi masyarakat dan bagi gereja, karena “gereja lahir dari sebuah keluarga, sebagaimana Keluarga Kudus Nazaret.
“Semoga Tuhan membantu Anda setiap hari untuk bertekun dalam kesatuan, kedamaian dan sukacita, dan untuk menunjukkan kepada semua orang yang Anda temui bahwa Tuhan adalah kasih dan persekutuan hidup,” ujarnya.
TAG: Pesan Paus Fransiskus, Keluarga Katolik, Renungan Harian Katolik
KennyAprilio.Blogspot.Com – Blog Lagu Misa Katolik, Doa Katolik, Katekese dan Teks Misa