Keluarga dan Tobat Ekologi
Keluarga Berwawasan Ekologis
Paroki St. Yakobus Rasul Bukapiting - Alor
K A T E K E S E O R A N G D E W A S A | A P P 2 0 1 7
Pertemuan IV
Keluarga Dan Tobat Ekologi
Wahyu 3:14-22
Tujuan:
1. Agar peserta menyadari konsekuensi buruk akibat perilaku merusak lingkungan alam.
2. Agar peserta mengupayakan tobat ekologis untuk memulihkan lingkungan alam melalui tatakelola alam yang ramah dan bersahabat.
Pemikiran Dasar:
Refleksi bersama pada minggu keempat menyadarkan semua orang bahwa baik buruknya lingkungan hidup manusia tergantung sepe-nuhnya pada sikap dan perilaku setiap individu dalam keluarga. Paus Fransiskus menegaskan bahwa, "Sekecil apa pun kerusakan ekologis yang kita timbulkan", kita dipanggil untuk mengakui "kontribusi kita, kecil atau besar, terhadap luka-luka dan kerusakan alam ciptaan" (Laudato Si' art. 8). Karena itu, peran keluarga sangat penting untuk membangun kesadaran bersama dan teristimewa membangun gerakan tobat ekologis. Keluraga adalah "sel pertama dan sangat penting bagi masyarakat" (Familiaris Consortio, art. 42 bdk.Apostolicam Actuositatem, art. 11). Dengan demikian, kesadaran bersama di dunia harus dibangun di dalam keluarga termasuk kesadaran tentang ekologi.
Gerakan tobat ekologis menjadi sebuah gerak bersama untuk kembali membangun relasi-relasi bermartabat antar manusia dengan Allah Pencipta, manusia dengan aneka ciptaan lainnya dan manusia dengan manusia. Dengan membangun relasi-relasi yang baik, secara perlahan orang menyadari kembali andil-andilnya bagi kebaikan dan kesejahteraan semua orang. "Kita semua dapat bekerja sama sebagai instrumen Allah untuk melindungi keutuhan ciptaan, masing-masing sesuai dengan budaya, pengalaman, prakarsa, dan bakatnya sendiri" (Laudato Si' art. l4).
Langkah – langkah Pengembangan
1. Pengantar
Kita tiba pada permenungan yang terakhir pda masa Prapaskan tahun ini dalam kerangkan permenungan “Keluarga berwawasan ekologis”. Alur permenungan mengatar kita untuk menyadari anugerah ekologis yang luar biasa namun kita menyalahgunakannya sehingga kita dituntut untuk memperbaiki hubungan kita dengan Tuhan pencipta kita, dengan sesama manusia dan dengan alam ciptaan. Tema yang akan kita renungkan pada pertemuan katekese yang terakhir ini adalah “Keluarga dan tobat ekologis”.
2. Lagu Pembukaan :
3. Doa Pembukaan
· Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh kudus
· Amin.
· Marilah kita berdoa: Allah, Bapa kami dalam surga, Allah Pencipta dan Penyelenggara kehidupan kami. Kami bersyukur atas karunia penciptaan ini. Pada saat ini kami berhimpun di hadirat-Mu untuk merenungkan sabda-Mu tentang penciptaan itu dalam pertemuan katekese ini. Bantulah kami dengan terang Roh Kudus-Mu agar di dalamnya kami dapat menyadari kehadiran diri kami sebagai bagian utuh dari seuruh ciptaan-Mu dan mampu menbangun keharmonisan di antara kami demi menjamin kelangsungan hidup seluruh ciptaan demi Kristus Tuhan kami.
· Amin.
4. Peduli kita
Pendamping mengajak peserta untuk melihat kenyataan hidup yang berkaitan dengan tema:
· Kita dianugerahi oleh Tuhan potensi-potensi alam yang memungkinkan kita untuk memperthankan hidup kita dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup kita.
· Alam ciptaan yang kita olah dan kelola itu juga bernilai ekonomis dan mendatangkan manfaat finansial serta manfaat lainnya.
· Semua potensi alam ciptaan/ sumber daya alam dengan segala manfaatnya adalah anugerah Tuhan untuk dikelola demi kesejahteraan bersama seluruh umat manusia.
· Kita cenderung serakah dalam mengambil dan memanfaatkan potensi sumber daya alam sehingga dapat merusak alam itu sendiri dan ekosistemnya.
· Terlalu tenggelam dalam kesibukan membuat kita lupa Tuhan, lupa sesama dan bahkan lupa diri karena yang kita kejar hanyalah materi semata.
5. Sapaan Sabda Tuhan
Pendamping mengajak peserta untuk membuka Kitab Suci dan membaca Kitab Wahyu 3:14-22
14. "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah:
15 Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!
16 Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.
17 Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,
18 maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.
19 Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!
20 Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.
21 Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.
22 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat."
Peserta diajak mendalami teks dengan menjawab pertanyaan – pertanyaan penuntun berikut.
· Latar tempat apa tang disebutkan dalam kitab Wahyu 3:14-22?
Loadikia
· Bagaimana peri-hidup orang-orang Loadikia?
Orang-orang Loadikia adalah orang-orang yang makmur hidupnya dengan kekayaan yang mereka miliki.
· Apa pesan dan penegasan yang disampaikan Tuhan kepada orang-orang Loadikia?
Tuhan memperingankan mereka agar tidak berbangga dengan kekayaan material lalu melupakan Tuhan.
Penegasan fasilitator :
· Surat kepada Jemaat di Laodikia merupakan surat ketujuh untuk tujuh jemaat. Kota Laodikia memiliki kekayaan alam yang menjamin kesejahteraan penduduk, Ia terkenal sebagai penghasil pakaian sutra dan pengekspor minyak parfum. Secara ekonomi makmur, tetapi seoara rohani miskin. Umat kristiani Laodikia terjebak dalam perilaku apatis terhadap kerohanian, karena merasa terjamin oleh alam yang terus menerus dikuras untuk kesejahteraan ekonomi. Tuhan memperingalkan mereka untuk bertobat dari apatisme iman dan keserakahan ekonomis.
· Kesejahteraan material dapat menimbulkan apatisme iman dan relasi sosial.
· Keserakahan ekonomi menumbuhkan semangat eksploitasi yang dapat merusak alam dan maupun relasi sosial, bahkan relasi dengan Tuhan Pencipta.
· Perlu ada pertobatan ekologis untuk menyadari ketergantungan manusia pada Tuhan Pencipta dan mengubah perilaku sosial dan religius dalam hidup bersama. Pertobatan ekologis juga diperlukan untuk meredam nafsu serakah manusia dalam menguasai dan mengeksploitasi alam demi kesejahteraan material belaka, tetapi melupakan Tuhan dan sesama.
6. Mari Kita Merenungkan
Peserta diarahkan untuk merenungkan pertanyaan-pertanyaan berikut lalu membagikannya (sharing) dalam ceritera pengalaman masing-masing. Peserta hanya boleh menceriterakan pengalaman iman pribadinya.
· Bagaimana pandangan kita akan nilai materi/harta dan bagaimana kita mengusahakannya?
· Apakah kita puas dengan apa yang didapatkan dan dimiliki sebagai berkat Tuhan?
· Apakah kita termasuk orang yang menguatirkan hal material dan harta sampai mengesampingkan waktu dan tenaga untuk Tuhan?
· Apakah kita mengajarkan anak-anak kita untuk tidak menjadi materialistik, tahu berbagi dan puas dengan apa yang dimiliki?
· Apakah kita mempunyai kebiasaan berdoa bersama keluarga di rumah?
Penegasan oleh pemandu
7. Mari kita ingat
A. Kitab Suci
· “Barangsiapa kukasihi, ia kutegur dan kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah”(Wahyu 3:19)
B. Ajaran Gereja
· "Sekecil apa pun kerusakan ekologis yang kita timbulkan", kita dipanggil untuk mengakui "kontribusi kita, kecil atau besar, terhadap luka-luka dan kerusakan alam ciptaan" (Laudato Si' art. 8).
· Karena itu, peran keluarga sangat penting untuk membangun kesadaran bersama dan teristimewa membangun gerakan tobat ekologis. Keluraga adalah "sel pertama dan sangat penting bagi masyarakat" (Familiaris Consortio, art. 42 bdk.Apostolicam Actuositatem, art. 11).
· "Kita semua dapat bekerja sama sebagai instrumen Allah untuk melindungi keutuhan ciptaan, masing-masing sesuai dengan budaya, pengalaman, prakarsa, dan bakatnya sendiri" (Laudato Si' art. l4).
C. Kearifan Lokal
· Manusia tidak membawa serta harta-bendanya saat mati.
8. Rencana aksi nyata
Aksi nyata katekese merupakan tindak lanjut dari permenungan atas tema katekese melalui tindakan nyata bersama yang memberi dampak bagi kehidupan.
KUB/Kapela :
Kegiatan yang disepakati :
Waktu :
Tempat :
9. Pengumuman
10. Doa Umat
Sebagai tanggapan atas Sabda Tuhan yang telah direnungkan bersama, beberapa orang peserta diminta menyampaikan doa umat secara spontan lalu diakhiri dengan doa Bapa kami oleh pendamping katekese.
11. Doa penutup
· Marilah berdoa, Ya Tuhan, Allah kami. Atas perkenanan-Mu kami telah menyelesaikan permenungan tentang keluarga berwawasan ekologis maka kami bersyukur kepada-Mu atas segala kelimpahan berkat-Mu bagi kami tertsama atas waktu dan kebersamaan iman kami ini. Bantulah kami untuk mampu melaksanakan semua yang telah kami dalami ini dalam kehidupan kami. Tanamkanlah dalam diri kami rasa syukur atas rejeki yang kami peroleh agar kami juga dapat menggunakannya dengan sebaik-baiknya demi kemuliaan Nama-Mu. Terpujilah Dikau, Bapa yang mahakuasa, terpujilah Yesus Putra-Mu dan Penebus kami, terpujilah Roh Kudus Pembimbing hidup kami sekarang dan sepanjang segala masa.
· Amin.
· Saudara-saudari yang terkasih, dengan ini katekese kita telah selesai.
· Syukur Kepada Allah.
12. Lagu penutup
13. Tanda Salib
Maipiting, 26-27 Februari 2016
Naskah : All Pakis (Sub-Tema I), Hilarius B. Asalau, S.Fil (Sub-Tema II,III,IV)
Penyelaras akhir : Bidang Pewartaan DPP Sayora
Terima kasih : DPK dan umat Kapela Maipiting
Berita lainnya :
Profil Paroki Santu Yakobus Rasul Bukapiting Alor
Terima kasih atas kunjungannya, Tuhan memberkati