Almang; tempat tinggal dan gudang pangan
Pada perhelatan Hari Pangan Sedunia (HPS) 2016 Keuskupang Agung Kupang di Paroki St. Yakobus Rasul Bukapiting-Alor, bangunan ‘almang dengan konstruksi aslinya serta ornament-ornamen yang biasa menyertainya ditampilkan di tengah-tengah arena kegiatan sebagai panggung utama. Apa yang mendasari hal ini atau mengapa harus almang dan bukan sesuatu yang lebih konkret menjadi simbol pangan.
Orang Alor mempunyai rumah tradisional yang dalam bahasa Kamang disebut ‘almang. Rumah tradisional ‘almang adalah tempat tinggal sekaligus juga sebagai tempat untuk menyimpan bahan pangan seperti padi, jagung, kacangan-kacangan dan lain-lain baik untuk dimakan maupun untuk dijadikan benih. ‘Almang berbentuk rumah panggung dengan tiang yang tinggi. Bagian dasar dibiarkan terbuka dan berfungsi sebagai pendopo juga tempat tidur untuk kaum laki-laki sedangkan kaum perempuan dan anak-anak mempunyai tempat di loteng walaupun itu bukan suatu keharusan.
Pembangunan ‘almang mengikuti pola kontruksi tersendiri yang selain demi menjamin kokohnya bagunan juga mengandung makna-makna simbolis tertentu. Biasanya dikenal 3 bentuk ‘almang, yaitu; kuma’ ‘almang, ‘kara ‘almang dan karituk. Ketiga bentuk rumah tradisional ini dibedakan dari bentuk bangunan dan konstruksinya. Secara singkat hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Kuma Almang
Kuma almang (pengucapan dengan vokal pendek pada suku kata pertama "ku" dan "al") merupakan bangunan dengan konstruksi dari karu dan bambu yang diatap dengan alang-alang. Bentuknya terdiri dari empat sudut dengan atap lancip. Pada bubungannya dibuat berbentuk seperti ekor ikan, Kuma almang biasanya memiliki dua tingkat loteng. Loteng yang pertama sebagai ruang tidur, tempat menyimpang bahan pangan dan barang-barang lainnya dan juga digunakan sebagai tempat memasak. Loteng kedua berfungsi sebagai tempat menyimpan benih. Untuk naik ke loteng digunakan tangga yang terbuat dari bambu.
Di bagian dasar dari kuma almang ini merupakan bagian yang terbuka atau tidak diberi penutup dinding kecuali pada bale-bale sebagai tempat untuk tidur dengan tinggi sekitar 30 sampai 40 cm. Biasanya dibuat dua bale-bale; satu sebagai tempat tidur atau tempat duduk dan satunya lagi sebagai "meja makan" dan sebagai tempat diletakkannya tangga untuk naik ke loteng.
Kara Almang
‘Kara ‘almang (pengucapan dengan vokal pendek pada suku kata pertama "ka" dan "al") mempunyai bentuk yang hampir sama dengan kuma almang namun berbeda pada bentuk atap, yaitu kara almang beratap 2 air dengan dinding pada dua sisi. Fungsi dari kara almang ini sama juga dengan kuma almang.
Karituk
Juka kuma almang dan kara almang merupakan rumah panggung maka berbeda dengan karituk. Karituk berbentuk rumah seperti biasanya dan berdinding penuh pada 4 sisinya. Ukurannya kecil saja dan hanya terdiri dari satu ruang yang diisi dengan bale-bale. Karituk ini hanya berfungsi sebagai tempat tinggal.
Berita lainnya :
Camat ATL siap mendukung suksesnya Temu HPS di Bukapiting
Gerakan Hari Pangan Sedunia Konfrensi Waligeraja Indonesia
Profil Paroki Santu Yakobus Rasul Bukapiting Alor
Istilah almang ini dalam penyebutan masyarakat setempat diterjemahkan dengan kata "gudang" namun yang dimaksudkan bukanlah gudang dalam pengertian harafiahnya sebagai rumah atau bangsal tempat menyimpan barang-barang. Gudang dalam hal ini ya rumah itu yang di dalamnya disimpan barang-barang. Jadi almang adalah tempat tinggal dan gudang pangan.
Satu almang menjadi tempat hunian satu keluarga (atamang) sehingga keluarga atau rumah tangga diistilahkan dengan "almang kari". Pemilik dari masing-masing almang biasanya dikenakan sebutan nama keluarga mereka ditambah kata "wah" yang artinya asal seseorang. Kalau sebuah almang disebut "Asawah", misalnya maka almang itu adalah milik dari keluarga Asamai atau Asalet.
Penempatan posisi almang-almang di dalam suatu kampung mengikuti struktur tertentu yang ditetapkan di dalam kampung tersebut. Umumnya penghuni sebuah kampung berasal dari satu garis keturunan maka posisinya diatur misalnya sesuai dengan urutan kelahiran mulai dari anak tertua sampai anak bungsu. Selain itu faktor lain yang turut menjadi acuan dalam penentuan posisi almang dari masing-masing keluarga adalah bagaimana peran mereka di dalam kehidupan bersama di kampung.
Lihat juga:
Camat Alor Selatan siap menerima peserta HPS di Apui
Sekretaris Eksekutif Komisi PSE akan hadiri HPS di Bukapiting